Sambil memakai kacamata hitam besar yang hampir menutupi wajah mungilnya. Rekan lain berpencar entah ke mana, tak terkecuali Samudra yang mungkin saat ini sedang bersama anak pak lurah. Citra cemburu, namun dia sadar diri kalau tak berhak cemburu.
Bagaimana pun juga, tak akan ada seorang wanita yang biasa saja ketika orang yang disuka tertawa dengan orang selain dirinya.
Bunyi notif smarthphone Citra membangunkan dari lamunannya sendiri. Terlihat Samudra si pengirim pesan “Cit, aku tunggu di parkiran sekarang”.
BACA JUGA:Bukan Dia, Romeomu
BACA JUGA:Menggores Aksara Di Pusara Rumah Ayah
Dari pada sendirian di sini tidak jelas, biarlah dia datang menghampiri Samudra, meskipun hanya jadi penonton kedekatan Samudra dan anak pak lurah.
Saat sudah sampai parkiran, Citra tak kunjung menemukan sosok Samudra, berkali-kali diteleponnya, tapi tak kunjung dijawab. Citra kesal dan merasa sedang dipermaikan oleh Samudra.
Dia merutuki dirinya kenapa begitu bodoh langsung percaya. Saat hendak kembali ke area pantai, Citra mendengar ada yang memanggilnya.
“Cici,” suara yang tanpa Citra menoleh sudah tahu dari mana asalnya.
“Iya Sam,” sahut Citra mencoba menenangkan diri.
“Kamu ngapain di sini sendirian?” tanya Samudra
BACA JUGA:Kotak Rahasia Jessy
BACA JUGA:BAGAIMANA AGAR LANGIT TAK RETAK
What??? Citra tak percaya kata itu keluar dari mulut Samudra.
“Bukannya kamu yang minta aku ke sini?” tanya Citra.
Samudra bingung, karena dia memang tidak merasa kalau chat Citra. Terdengar notif chat dari ponselnya, Samudra tahu penyebab salah paham ini.