RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Pada 10 Agustus 2024, Pasar Modal Indonesia resmi memasuki usia ke-47. Sebuah usia yang mencerminkan kematangan dan perkembangan pesat dalam industri keuangan nasional.
Dalam rentang waktu hampir setengah abad ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menjadi rumah bagi 937 korporasi yang tercatat sebagai Perusahaan Tercatat, sebuah pencapaian yang menunjukkan betapa signifikannya peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia.
Pasar Modal Indonesia lahir pada 10 Agustus 1977, ditandai dengan peresmian Bursa Efek Jakarta (BEJ) oleh Presiden Soeharto.
Pada saat itu, Bursa Efek Jakarta beroperasi di bawah Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) dan ditandai dengan go public-nya PT Semen Cibinong Tbk. (SMCB) sebagai emiten pertama.
BACA JUGA:Optimisme Pasar Modal Indonesia, Strategi Pemerintah Pulihkan IHSG
BACA JUGA:Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia, Strategi Menuju 2030
Sejak saat itu, pasar modal Indonesia mengalami berbagai dinamika dan pertumbuhan, terutama dalam 10 tahun terakhir di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Pertumbuhan Signifikan
Dalam periode satu dekade terakhir, sejak 2014 hingga Agustus 2024, BEI telah mencatatkan 484 emiten baru yang berhasil menyelesaikan proses IPO dan melantai di bursa. Puncak dari pencapaian ini terjadi pada tahun 2023, di mana 79 perusahaan berhasil go public, mengalahkan rekor sebelumnya sebanyak 57 emiten pada 2018.
BACA JUGA:Lahan Sagu Terluas di Dunia, Peluang Ekonomi dan Ketahanan Pangan Indonesia
BACA JUGA:Proyek Strategis dan Investasi Asing, Fondasi Kuat Ekonomi Indonesia 2024
Peningkatan jumlah emiten ini mencerminkan optimisme dan daya tarik pasar modal Indonesia bagi korporasi nasional.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menegaskan, komitmen untuk memaksimalkan potensi pasar modal domestik.
Ia menyatakan bahwa OJK akan terus meningkatkan integritas, kredibilitas, dan good governance di pasar modal Indonesia.