ARGA MAKMUR RU - Penyusut lahan pertanian, sudah harus disikapi serius pemangku kebijakan. Membaca paparan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, kondisi tersebut menyebabkan anjloknya produksi pangan, khususnya padi. Maka berlanjut lagi ke produksi beras. Kondisi umum tersebut, kalau membaca jabaran kabar statistik Nomor 67/11/Th. XXVI, 1 November 2023.
Dipaparkan, luas panen padi pada 2023 diperkirakan sekitar 56.803 hektare atau menciut sebanyak 349 hektare atau 0,61 persen. Kalau dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebelumnya seluas 57.152 hektare. Rembet implikasi sudah pasti ke sektor produksi. Dijabar pula, produksi padi pada 2023 diperkirakan sebesar 277.310 ton Gabah Kering Giling (GKG) alias anjlok sebanyak 4.300 ton GKG. Walau pun dalam angkanya, penurunan tersebut tidak lebih dari 2 persen atau persisnya atau 1,53 persen, jika membanding tahun sebelumnya: 2022 yang sebanyak 281.610 ton GKG. "Produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 159.721 ton. Mengalami penurunan sebanyak 2.477 ton atau 1,53 persen dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 162.197 ton," ungkap berita statistik pada lembar halaman 2. Hasil olah data BPS itu, menerangkan Pada 2023, luas panen padi diperkirakan sebesar 56.803 hektare dengan produksi padi sekitar 277.310 ton gabah kering giling (GKG). Masih dalam data tersebut, jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi beras pada 2023 diperkirakan sebesar 159.721 ton. BACA JUGA:Anggaran Tujuh Miliar Untuk MTQ di Bengkulu Utara Dalam pendahuluan, turut dijabarkan BPS, sejak 2018, lembaga penyuguh data yang hasil kerjanya, menjadi parameter pusat dalam menebar angka Dana Alokasi Umum (DAU) saban tahunnya itu. Telah bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang kini menjadi komposan Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN. Selanjutnya, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), serta Badan Informasi dan Geospasial (BIG). Keterlibatan stakeholder lintas kewenangan itu, dilakukan dalam penyempurnaan penghitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA). "KSA ini memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari LAPAN dan digunakan BIG untuk mendelineasi peta lahan baku sawah yang divalidasi dan ditetapkan oleh Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi," jabar paparan itu. Menjabar produksi padi di Provinsi Bengkulu, BPS menyampaikan. Sepanjang Januari sampai dengan September 2023, diperkirakan sebesar 220.246 ton GKG. Angka tersebut, mengalami peningkatan sekitar 1.308 ton GKG (0,60 persen), kalau dikomparasikan dengan periodisasi yang sama tahun sebelumnya. Turut dipaparkan, amatan fase tumbuh padi hasil Survei KSA September 2023, potensi produksi padi sepanjang Oktober-Desember 2023 ialah sebesar 57.064 ton GKG.-- Dengan demikian, lanjut BPS, total produksi padi tahun 2023 diproyeksikan 277.310 ton GKG. Proyeksi tersebut, praktis menurun sebanyak 4.300 ton GKG (1,53 persen) saat dibandingkan 2022 yang sebesar 281.610 ton GKG. Masih dalam paparannya, BPS menyebut, produktivitas tertinggi padi 2022 terjadi di bulan April. Sedangkan periode 2023, kondisi itu terjadi pada Maret. Untuk produksi padi terendah tahun 2023, diperkirakan terjadi di bulan Agustus. Produksi padi pada Maret 2023 yaitu sebesar 46.537 ton GKG, sedangkan produksi padi pada Agustus 2023 diperkirakan sebesar 8.715 ton GKG. "Tiga kabupaten dengan produksi padi tertinggi periode 2023 adalah Kabupaten Bengkulu Selatan, Lebong dan Seluma. Sedangkan, tiga kabupaten dengan produksi padi terendah terjadi di Kabupaten Kepahiang, Kota Bengkulu serta Kabupaten Bengkulu Tengah," jabarnya. (bep)
Kategori :