RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Kebutuhan dokter, utamanya dokter spesialis di Provinsi Bengkulu, masih menjadi persoalan prinsip.
Praktik, cucuk cabut seorang dokter bertugas di lebih dari 2 fasilitas kesehatan, terus saja terjadi. Bahkan, kondisi itu dilakukan dengan mereka yang telah menyandang status dokter ASN.
Muncul kebijakan anyar, di tengah sorotan soal protes langkah pemerintah mendatangkan dokter asing ke Indonesia. Kabar terbaru dari Menteri Kesehatan atau Menkes, Budi Gunadi Sadikin, bahwa pemerintah bakal memberikan lagi subsidi gaji kepada mereka yang ditugaskan di Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan atau DTPK.
Nantinya, mereka yang bertugas di gugusan pulau-pulau itu, bakal menerima tambahan penghasilan sebesar Rp 30.000.000 perbulannya dari pemerintah pusat.
BACA JUGA:DPMD Matangkan Persiapan Perpanjangan Jabatan Kades 8 Tahun dan PAW Kades
BACA JUGA:Pawai Obor Digagas Pemkab BU dalam Menyambut Tahun Baru, 1 Muharam 1446 Hijriah
Langkah ini, dikabarkan Menkes Budi kala menghadiri rapat bersama dengan DPR RI. Penambahan penghasilan dokter spesialis yang ditugaskan di DTPK dari pusat, diterangkan Menkes, guna memastikan pembayaran yang tepat waktu.
Provinsi Bengkulu sendiri memiliki satu gugusan pulau yang berada di tengah-tengah laut yakni Enggano. Pulau berpenduduk dengan 6 desa di dalamnya yakni Kaana, Apoho, Malakoni, Banjarsari, Meok dan Kahyapu ini, berada di wilayah satu kecamatan yang menjadi wilayah administratif di Kabupaten Bengkulu Utara.
Plt Kadis Kesehatan Bengkulu Utara,Ns Anik Khasyanti, MH, belum lama ini membenarkan soal kebutuhan dokter di wilayahnya. Pantauan, bukan hanya di wilayah pulau yang berada di tengah laut itu saja.
Bahkan, pusat fasilitas kesehatan di pusat pemerintahan, masih mengalami kekurangan dokter. Salah satunya, dokter spesialis mata.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Segera Bentuk Tim Pemantauan Pilkada 2024
BACA JUGA:Konon, Penjual Jasa Cinta Sesaat Acap Banting Harga, Tukar Chip Saat Bisnis Sepi
Keberadannya, masih ditunjang dari SDM yang didatangkan dari Provinsi Sumatera Selatan yang kini bertugas tidak setiap hari di salah satu rumah sakit swasta.
"Kalau secara jumlah, karena data jadi saya cek dulu. Tapi, secara umum, dengan sebaran wilayah, daerah ini memang masih sangat membutuhkan tenaga dokter," ungkapnya.
Kalau mencermati data yang dirilis Ikatan Dokter Indoensia atau IDI, sebaran dokter di Pulau Sumatera dengan delapan wilayah administratif berbasis provinsi, keberadaan dokter paling sedikit terjadi di Provinsi Bengkulu.