RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Idul Adha, salah satu hal yang lazim dibahas adalah soal darah tinggi. Daging, utamanya daging kambing, acap menjadi kambing hitam soal penyakit darah tinggi yang rentan dengan kasus kematian mendadak ini.
Aktifis kesehatan khususnya kampanye stok merokok, dr Bobby Arfhan Anwar, SpJP(K), angkat bicara soal bahasan yang relevan saban musim hari raya kurban, seperti saat ini.
Selain lagi-lagi membuktikan, bahwa Islam adalah rahmat seluruh alam, hari ini atau setidak-tidaknya dimulai sejak Minggu, 16 Juni 2024, jutaan hewan kurban disembelih oleh umat Islam.
Dari aktivitas sosial itu, tentunya triliunan nominal menjadi komponen perputaran ekonomi di seluruh dunia. Mulai dari petani atau peternak, pedagang, rumah potong hewan, pedagang musiman, penjual nasi sampai dengan perbankan, terlibat dalam aktivitas yang bisa menjadi sektor ekonomi syariah ini.
BACA JUGA:Makan Daging Berlebihan? Diabetes hingga Penyakit Jantung Mengintai
BACA JUGA:Idul Adha, Momentum NDP Berbagi Untuk Masyarakat Kota Bengkulu
Dikatakan dokter Bobby, daging kambing sendiri merupakan hewan yang memiliki tingkat kebaikan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Dengan catatan, sebagaimana dijelaskan dalam Islam, sesuatu yang berlebihan adalah tidak baik. Walau pun, makanan yang dimakan itu adalah makanan halal.
Pada intinya, kata sang dokter, penggunaan bumbu khususnya penyedap hingga garap yang berlebihan adalah persoalan yang paling mendasar.
"Penggunaan garam dan penyedap utamanya, itulah yang menyebabkan kasiat daging kambing ini menjadi menurun. Dan bukan daging kambingnya yang menyebabkan hipertensi, tapi penggunaan garam dan penyedap yang terkadang berlebihan," ujarnya, membeber soal salah kaprah di masyarakat menyebut bahkan meyakini daging kambing pemicu darah tinggi.
BACA JUGA: Kurban Sapi 2 Ekor, Bupati Mian Sholat Idul Adha 1445 H Bersama Warga di Karang Pulau
BACA JUGA:Petugas Tidak Temukan Hewan Kurban Sakit
Maka dirinya mengajak, agar pengolahan daging kurban yang tengah menjadi aktivitas khas Idul Adha, dilakukan dengan penggunaan rempah-rempah, khususnya penyedap dan garam yang tidak berlebihan.
Dirinya pun menyeru, tidak salah untuk memulai beralih pada penyedap non kimia yang jauh lebih sehat serta penggunaan garam yang dibenarkan, untuk ukuran yang menyehatkan.
Penghobi asin, perlu lebih hati-hati. Pasalnya, sensasi rasa yang timbul dari garam ini, sangat memberikan implikasi buruk pada jantung, ketika melebihi ambang batas yang dibenarkan.