"Kolaborasi ini kita bingkai dalam Indonesia Carbon Care Initiatives (ICCI),” ujarnya.
Lebih lanjut, Ishak yang juga Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden menguraikan, ICCI merupakan bentuk kolaborasi antara lima sektor utama, yakni akademik, bisnis, pemerintah, komunitas, dan media.
“Kolaborasi pentahelix tersebut diharapkan bisa menciptakan solusi yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi semua pihak terkait,” terangnya.
Ishak menegaskan, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam mempercepat proses dekarbonisasi di Indonesia.
BACA JUGA:Kementerian ESDM Tetapkan ICP USD79,8 Perbarel pada Mei 2024
BACA JUGA:Industri Tekstil dan Pakaian Tumbuh Makin Positif
Percepatan dekarbonisasi merupakan langkah strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global, dan salah satu fokus utamanya adalah perdagangan karbon.
Wujud dari perdagangan karbon, pemerintah mengalokasikan kredit karbon sebagai insentif bagi industri dan sektor lainnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Mekanisme ini tidak hanya menghasilkan manfaat lingkungan yang signifikan, melainkan juga menciptakan kesempatan ekonomi baru lewat perdagangan karbon di pasar internasional,” ujar Ishak.
Pada kesempatan itu, Ishak juga mengemukakan pentingnya pengembangan bursa karbon karena keberadaan lembaga itu menjadi langkah penting dalam memperluas infrastruktur perdagangan karbon, yakni dengan memberikan platform transparan dan efisien bagi pelaku pasar untuk membeli dan menjual kredit karbon.
BACA JUGA:Jadi Primadona Ekspor, Ikan Nila Salin Bakal Susul Udang Vaname
BACA JUGA:Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Melesat ke Peringkat 22 Dunia
“Ini bisa mendorong pertumbuhan ekosistem karbon yang dinamis dan berkelanjutan, serta memberikan insentif bagi inovasi teknologi hijau,” ujar Ishak. (*)
Sumber Indonesia.go.id