Pada titik tertentu, otak kemudian menyadari bahwa tidak terdapat cukup pasokan oksigen bagi tubuh yang memicu munculnya aorusal atau kondisi setengah tersadar.
Peristiwa itu membuat otot-otot tenggorokan kencang lagi dan membuka jalan napas sehingga seseorang dapat kembali bernapas.
Penderita OSA akan mengalami mudah lelah terutama di siang hari, sering sakit kepala di pagi hari, dan suasana hati yang buruk karena tidur menjadi tidak berkualitas.
BACA JUGA:TERNYATA... Ini Manfaat Jalan Kaki 10 Ribu Langkah Setiap Hari Bagi Kesehatan?
BACA JUGA:Yuk Pahami Pola Kerja 4 Manajemen Hormon Ini, Buat Kamu Makin Strong Everday
Tak hanya mengancam jantung dan berpotensi stroke, OSA juga dapat menyebabkan hipertensi dan diabetes.
Obesitas, lingkar leher besar, struktur anatomi tengkorak dengan rahang kecil, tonjolan atap mulut tinggi atau pembesaran amandel turut menjadi pencetus OSA.
Saat ini orang dengan gejala OSA sudah dapat menjalani pemeriksaan menggunakan metode Polisomnografi (PSG) di laboratorium tidur pada sejumlah rumah sakit swasta di Indonesia.
Melalui serangkaian pemantauan yang terintegrasi selama tidur, PSG akan menampilkan data komprehensif tentang berbagai aspek fisiologis tidur yang bisa terganggu oleh OSA.
BACA JUGA:Ini 6 Manfaat Buah Pepaya Muda yang Jarang Diketahui Oleh Banyak Orang
BACA JUGA:Wajib Coba! Ini Manfaat Mandi Air Laut Pada Sore Hari Bagi Kesehatan
Selama sesi PSG, pasien tidur di fasilitas yang diawasi ketat, sementara berbagai sensor merekam aktivitas fisiologisnya. PSG tidak hanya memvalidasi keberadaan OSA tapi juga menilai tingkat keparahannya dan efeknya terhadap kesehatan secara keseluruhan.
Dalam banyak literasi termasuk di portal Ayo Sehat disebutkan bahwa upaya terbaik untuk mencegah terjadinya OSA adalah mengubah gaya hidup sekaligus sebagai langkah awal pengobatan bagi mereka yang telah menderita. Termasuk di dalamnya mengatur ulang pola makan, berhenti merokok, menghindari konsumsi alkohol.
Juga menghindari konsumsi obat tidur seperti benzodiazepin (alprazolam, clobazam, diazepam, midazolam, lorazepam) dan non-benzodiazepin misalnya zolpidem serta mengoptimalkan posisi tidur. Hal penting lainnya adalah menjaga jadwal pola tidur yang teratur guna meningkatkan kualitas tidur.
Penderita OSA kategori berat setelah menjalani PSG dan mengetahui hasil pemeriksaan, umumnya bakal disarankan untuk mengikuti terapi khusus menggunakan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Ini adalah alat yang bekerja dengan menyediakan aliran udara bertekanan melalui masker yang dipakai saat tidur. CPAP membantu menjaga jalan pernapasan tetap terbuka dan mencegah terjadinya henti napas saat tidur.
BACA JUGA:Waspada!! Apabila Hp Anda Punya Tanda Seperti ini..