Sehingga, perputaran uang menjadi lebih sedikit yang berakibat pada berkurangnya transaksi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
"Kalau perputaran uang lebih sedikit maka transaksi ekonomi menjadi lebih sedikit dan itu membawa dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi di sebuah wilayah," tuturnya.
Dalam persepsi masyarakat, kata Mukhlis, investasi emas jauh lebih aman dibanding instrumen investasi lainnya yang dinilai penuh ketidakpastian atau berisiko tinggi.
BACA JUGA:Harga BBM hingga Listrik Dipastikan tak Naik meski Ada Konflik Iran-Israel
BACA JUGA:Kualitas SDM Jadi Fondasi Pertumbuhan Ekonomi Inklusif dan Setara
“Pengalaman mereka emas itu peluang mendapatkan untung lebih besar, namanya peluang emas,” tukasnya,
Mukhlis menambahkan, masyarakat menyimpan emas karena mereka mengkhawatirkan resesi di masa depan.
Mereka menganggap emas sebagai aset yang aman dan stabil dalam situasi ekonomi yang tidak pasti.
Namun, Mukhlis menegaskan bahwa menyimpan emas secara berlebihan dapat menghambat kegiatan ekonomi produktif lainnya.
BACA JUGA:Menkominfo: Uji Coba Starlink akan Digelar Mei 2024
BACA JUGA: Pemerintah Gerak Cepat Antisipasi Gejolak Geopolitik Dunia
Oleh karena itu, dia mendorong pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan harga emas dan meningkatkan keyakinan masyarakat terhadap sektor lain yang lebih produktif.
Pemerintah perlu melakukan intervensi pasar untuk menstabilkan harga emas dan mencegah kenaikan harga yang berlebihan.
"Pemerintah juga perlu memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat tentang manfaat berinvestasi di sektor lain yang lebih produktif," saran dia.
Mukhlis menekankan, upaya menumbuhkan keyakinan dan optimisme masyarakat akan pertumbuhan ekonomi sangatlah penting. Dengan keyakinan tersebut, masyarakat diharapkan lebih terdorong untuk berinvestasi di sektor-sektor produktif dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
BACA JUGA:Lebaran dan Perputaran Ekonomi Masyarakat