Sementara itu, PMI manufaktur negara kawasan ASEAN seperti Malaysia dan Thailand masih kontraksi, masing-masing ke level 49,5 dan 45,3.
BACA JUGA:Jauh Panggang dari Api Resesi
BACA JUGA:Langkah Antisipatif Jelang Kemarau Tiba
“Di tengah pelemahan ekonomi global dan masih berlanjutnya perlambatan manufaktur di beberapa negara, Indonesia mampu menjaga aktivitas manufaktur yang tetap kuat. Ini patut disyukuri bangsa ini,” paparnnya dalam keterangan tertulisnya.
Dia berharap capaian akan terus dijaga dengan optimalisasi APBN dan tetap mengantisipasi risiko global saat ini.
Lantas, faktor apa yang menyebabkan PMI Manufaktur Indonesia mampu tetap berada di level ekspansi?
Menurutnya, hal itu didorong oleh tingkat permintaan dalam negeri dan pembelian barang input sebagai antisipasi peningkatan permintaan jelang Ramadan.
BACA JUGA: Mengembangkan Pariwisata Hijau Berkelanjutan di IKN
BACA JUGA:Mengendalikan Harga Beras di Bulan Ramadan
Kepercayaan bisnis di Februari 2024 berada di level tertinggi, menandakan optimisme pelaku bisnis terhadap prospek produksi Indonesia di tahun 2024 relatif masih tinggi.
Senada disampaikan Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. Geliat positif produktivitas industri manufaktur tanah air, menurut Menperin Agus, didorong oleh permintaan baru khususnya di pasar domestik.
“Kami sangat mengapresiasi para pelaku industri manufaktur di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan tinggi dalam menjalankan usahanya secara impresif di tengah situasi ekonomi dan politik global yang belum stabil,” ujarnya.
Menperin optimistis, ekonomi nasional saat ini masih cukup tangguh, meskipun negara-negara maju sedang mengalami resesi, seperti Jepang dan Inggris.
BACA JUGA:Kemilau Perhiasan Indonesia Mendunia
BACA JUGA:Mengenal Aturan Baru PLTS Atap
Penguatan ekonomi sejalan dengan kinerja positif dari industri manufaktur yang menjadi kontributor paling besar terhadap PDB nasional.