Pantauan RU, docking kapal swasta itu, tidak dilakukan di Jakarta.
Tapi di sebuah galangan kapal yang berada di sekitaran Dermaga Pulau Baai.
Kepastian waktu operasi layanan transportasi laut, diterangkan Susanto menjadi sangat penting.
BACA JUGA:Bangun Rumah Milik Korban Kebakaran, Warga Malin Deman Galang Dana
BACA JUGA:Jadwal Pleno Hasil Pemilu Kabupaten Bergeser. Ini Alasannya...
Tidak hanya soal moda layanan publik semata.
Keberadaan layanan khusus itu, mengait pada salah satu kegiatan keekonomian masyarakat Enggano di sektor pertanian.
Sektor yang kini sudah bisa dibilang menjadi kegiatan ekonomi utama Enggano yakni produksi pisang.
Bagaimana tidak penting, salam sepakannya saja, dikatakan Susanto, produksi pisang di wilayahnya tidak kurang dari 70 ton.
BACA JUGA:Jadwal Pleno Hasil Pemilu Kabupaten Bergeser. Ini Alasannya...
BACA JUGA:Prediksi Merosotnya Harga Emas, Saatnya Inves Logam Mulia?
Panjang birokrasi kontrak layanan kapal yang membuat transportasi laut dari dan menuju Enggano yang pincang dan berlanjut ke lumpuh total sejak 23 Februari lalu, mengancam ekonomi di wilayah ini.
"Tapi saat ini produksi pisang baru beranjak ke normal. Sebelumnya sempat anjlok, karena pengaruh cuaca panas. Curah hujan yang sangat rendah, berimbas ke tanaman pisang dan berimbas ke produksi," beber birokrat yang sejak Capeg hingga menjadi Camat bertugas di wilayah Enggano itu.
Pimpinan wilayah administratif kecamatan yang sudah bertugas di Enggano selama 33 tahun itu berharap, layanan transportasi perintis segera normal.
"Semoga jadwal KM MH Thamrin ini, tidak molor. Karena saat ini sama sekali tidak ada layanan transportasi dari dan menuju Enggano," ujarnya.
"Termasuk penerbangan perintis juga belum ada kejelasan," sambungnya memungkas. (*)