Laporan World Economic Forum yang baru saja dirilis mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi dunia masih kuat di tengah kekhawatiran munculnya resesi akibat tren kebijakan moneter global yang sangat agresif di 2023. Laporan menyebutkan, perekonomian global dinilai telah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan dalam menghadapi pengetatan kebijakan moneter global yang paling agresif dalam beberapa dekade terakhir.
Namun laporan hasil survei Global Risk Perception Survey 2023-2024 itu menunjukkan tetap ada kekhawatiran soal pelemahan ekonomi sebagai faktor penghambat pertumbuhan dari 1.500 responden yang berasal dari akademisi, pengusaha, pemerintahan, dan publik. Selain faktor pelemahan, sejumlah responden itu juga mengungkapkan kekhawatiran lantaran faktor fenomena cuaca ekstrem, penyakit menular, masalah kekurangan pasokan energi, serta pengangguran. Terlepas dari semua itu, laporan WEF yang menilai ketahanan ekonomi dunia masih cukup kuat sejalan dengan laporan Bank Dunia yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mencapai 4,9 persen. Angka pertumbuhan tersebut, lanjut laporan Bank Dunia, masih lebih baik daripada negara-negara utama seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang, dan Tiongkok. Mengutip laporan Global Economic Prospects 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dan tahun depan diproyeksikan mencapai 4,9 persen. Angka tersebut mengungguli negara-negara perekonomian tingkat lanjut seperti AS, Euro dan Jepang, dengan masing-masing diproyeksikan sebesar 1,6 persen, 0,7 persen dan 0,9 persen. Lalu, untuk pasar negara dan ekonomi berkembang, perekonomian Tiongkok pada 2024 diproyeksikan mencapai sebesar 4,5 persen, masih lebih rendah dari Indonesia. Selain sejumlah laporan di atas, laporan Bank Indonesia soal Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Desember 2023 yang menyatakan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat tahun ini juga telah menumbuhkan kenyakinan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi tahun ini. Hal tersebut tecermin dari IKK Desember 2023 yang berada pada zona optimis (>100) sebesar 123,8, lebih tinggi dibandingkan 123,6 pada bulan sebelumnya. Meningkatnya keyakinan konsumen pada Desember 2023 didorong oleh keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan yang tetap optimis. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Desember 2023 tercatat masing-masing sebesar 113,6 dan 133,9. Berbekal dengan sejumlah proyeksi dari sejumlah lembaga dunia dan juga IKE dan IEK dari Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar optimistis, stabilitas jasa keuangan Indonesia masih akan terjaga dengan baik tahun ini. Beberapa indikator yang mendukung pernyataan itu, tambahnya, adalah sektor keuangan dalam negeri didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, serta profil risiko yang masih terjaga. BACA JUGA: Mendorong Tumbuhnya Ecotourism Berbasis Desa "Sehingga mampu menghadapi potensi perlambatan ekonomi global," ujarnya dalam Konferensi Pers RDK OJK pada Selasa (9/1/2024). Mahendra juga tak memungkiri adanya sinyal perlambatan ekonomi global, terutama datang dari negara-negara Uni Eropa dan Tiongkok. Perlambatan ekonomi ini mendorong inflasi turun mendekati target, sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif. Sementara itu, di Amerika Serikat, pasar menilai bahwa ekonomi negara itu masih cukup resilien dan tidak akan mengalami resesi. "Di AS, The Fed mengisyaratkan suku bunga turun 75 bos di tahun 2024," lanjut Mahendra. Di sisi lain, pelaku pasar juga terus mencermati perkembangan geopolitik ke depan, misalnya eskalasi di Laut Merah sebagai imbas konflik Israel dan Palestina. Lalu juga soal pemilu yang diselenggarakan di beberapa negara, termasuk AS, Uni Eropa, India, Taiwan, serta Indonesia. Adapun, sentimen ekonomi global disebutkan cenderung positif didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan soft landing ekonomi AS. Untuk sentimen ekonomi di domestik, neraca dagang Indonesia tercatat surplus dan PMI manufaktur masih ekspansif, sedangkan tingkat inflasi terjaga rendah sebesar 2,61 persen yoy pada Desember 2023, dibandingkan November 2023 sebesar 2,28 persen. "Masih perlu dicermati perkembangan domestik ke depan, seperti tingkat inflasi, keyakinan konsumen, serta melandainya barang ritel dan kendaraan motor. (*) Sumber : Indonesia.go.id
Kategori :