RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Program pemerintah di bidang kesehatan tidak hanya berupaya meningkatkan kualitas pengobatan dan perawatan.
Pemerintah juga mendorong promotif dan preventif. Tujuan agar kualitas kesehatan masyarakat Indonesia semakin baik. Hal itu, seiring dengan tujuan pemerintah mencapai Indonesia Emas 2045.
Saat ini, sistem kesehatan di Indonesia lebih diarahkan pada upaya pencegahan ketimbang pengobatan.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menjamin pembiayaan gratis untuk skrining 14 jenis penyakit di Puskesmas. Adapun pembiayaan ini masuk dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
BACA JUGA:UEA Bantu Alat Skrining TBC Indonesia, Harga Perunit Bisa Bangun Jalan 2 Kilometer
BACA JUGA:Jangan Dianggap Sepele ! Pahami Manfaat Menjaga Kesehatan Alat Reproduksi Bagi Tubuh
Juru Bicara Kemenkes RI dr Mohammad Syahril mengatakan, upaya pencegahan atau promotif preventif ini merupakan strategi yang lebih penting dan mudah dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan ini dilakukan dengan kesadaran dan konsistensi masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
“Upaya pencegahan jauh lebih efektif menjaga kesehatan daripada mengobati saat jatuh sakit. Kemungkinan tubuh tetap sehat lebih tinggi dilakukan dengan pencegahan daripada diobati,” ujar dr Syahril.
Kementerian Kesehatan memfasilitasi masyarakat untuk melakukan pencegahan terjadinya penyakit melalui skrining kesehatan atau medical check up (MCU).
Dalam hal ini Kemenkes telah menjamin pembiayaan gratis untuk 14 jenis penyakit, antara lain, skrining diabetes melitus, hipertensi, stroke, jantung, kanker serviks, kanker payudara, TBC, anemia, kanker paru, kanker usus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), thalassemia, hipotiroid kongenital, dan skrining hepatitis.
Kebijakan ini dibuat mengingat banyak kasus di berbagai negara serta memburuknya kondisi pasien akibat kurangnya deteksi dini dan pemahaman soal kesehatan. Studi ASEAN Cost in Oncology (ACTION) menemukan, hampir 50 persen pasien kanker mengalami kebangkrutan atau masalah finansial setelah menjalani pengobatan selama 12 bulan.
BACA JUGA:Kenali Jeruk Bergamot, Dengan Segudang Manfaat Bagi Kesehatan Tubuh Kita
BACA JUGA:Biji Ketumbar, Bumbu Dapur yang Bermanfaat bagi Kesehatan, Nggak Kaleng-kaleng Khasiatnya
Terlebih lagi, data Bank Dunia menunjukkan total pembiayaan kesehatan mandiri (Out of Pocket Health Expenditure) Indonesia mencapai 34.76 persen--jauh di atas rekomendasi WHO sebesar 20 persen.
Tentu saja, hal ini menunjukkan bahwa dengan dukungan asuransi pun, beban biaya kesehatan yang tidak terencana tetap menjadi tantangan.