BENGKULU RU - Di tengah fluktuatifnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi, Himpunan Pengusaha Muda Pertashop Indonesia (HPMPI) menemui Ir. H. Joko Widodo yang merupakan Presiden Republik Indonesia (RI).
Pertemuan tersebut merupakan salah satu upaya dalam memperjuangkan pengusaha Pertashop, agar dapat menjadi perhatian khusus pemerintah baru di bawah pimpinan Presiden RI Prabowo Subianto.
Ketua Umum HPMPI, Steven mengatakan, kedatangannya bersama sejumlah pengurut tingkat daerah di Indonesia untuk menemui Pak Jokowi, merupakan bentuk keseriusan dalam menyampaikan aspirasi kolektif terkait permasalahan bisnis Pertashop.
"Dalam pertemuan itu, salah satu isu yang kami bahas yakni ketidakpastian bisnis Pertashop, di tengah fluktuasi harga BBM non subsidi seperti Pertamax dan Dexlite," ungkap Steven.
BACA JUGA:Distribusi BBM Subsidi di Bengkulu, Dipastikan Tetap Aman
Menurut Steven, kondisi harga BBM non subsidi tersebut, membuat para pengusaha Pertashop sangat was-was terutama pada setiap akhir bulan. Karena harga minyak dunia biasanya naik.
"Jika harga minyak dunia naik, Pertamina pasti melakukan penyesuaian harga BBM nonsubsidi. Sementara penyesuaian harga tersebut, sangat berpengaruh terhadap bisnis kami," kata Steven, Jum'at 15 November 2024.
Dengan demikian, lanjut Steven, sangat penting perhatian pemerintah terhadap keberlanjutan nasib para pengusaha Pertashop, yang selama ini hanya diperbolehkan menjual produk BBM non subsidi seperti Pertamax dan Dexlite.
“Jadi kami sangat berharap pada pemerintahan yang baru, dapat memerhatikan keberlanjutan usaha Pertashop. Mengingat penyesuaian harg itu berimbas pada beban operasional kami,” ujar Steven.
BACA JUGA:Dinas Perikanan Keluarkan 2.000 Rekomendasi Pembelian BBM Nelayan
BACA JUGA:Jual BBM Subsidi Tanpa Barcode, Pelanggaran!
Disisi lain, Steven menjelaskan, kondisi yang dihadapi pengusaha Pertashop cukup sulit. Ditambah lagi para pengecer, dengan bebas menjual BBM bersubsidi.
“Banyak pengecer yang menjual Pertalite dan Bio Solar dengan harga jauh lebih rendah, yang pasokannya dari mana kita juga tidak tahu. Mereka pun menjualnya di sepanjang jalan, sehingga usaha kami akhirnya tidak kompetitif," sesal Steven.
Steven menambahkan, dampak dari persaingan yang tidak seimbang ini, sangat dirasakan pengusaha Pertashop. Bagaimana tidak, omset menjadi rendah hingga membuat banyak dari mereka kesulitan untuk membayar angsuran kredit di bank.