Ketika ekonomi China mengalami perlambatan, hal ini bisa berdampak langsung pada perekonomian Indonesia.
BACA JUGA:Memahami Perbedaan Deflasi dan Inflasi Sebagai Dampak dari Perubahan Ekonomi
BACA JUGA:Krisis Ekonomi China Berpotensi Menular ke Seluruh Dunia, Mengapa Demikian?
Salah satu indikatornya adalah harga barang impor.
Selama beberapa tahun terakhir, ekonomi China mengalami berbagai tantangan, mulai dari perang dagang dengan AS hingga dampak dari pandemi COVID-19.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi di China telah menyebabkan penurunan permintaan global terhadap berbagai komoditas, termasuk yang diekspor oleh Indonesia.
Dengan harga komoditas yang rendah, pendapatan pemerintah Indonesia dari sektor ekspor menurun, dan ini berkontribusi pada deflasi.
Sebagian besar ekspor Indonesia terdiri dari komoditas seperti minyak sawit, batubara, dan logam.
BACA JUGA:Pabrikan Baterai EV China CBL Bakal Investasi Rp6 T di Indonesia
Ketika harga komoditas di pasar global, terutama yang dipengaruhi oleh permintaan dari China, mengalami penurunan, ini berdampak langsung pada pendapatan petani dan produsen lokal.
Penurunan pendapatan ini bisa menyebabkan mereka mengurangi harga jual, yang berkontribusi pada penurunan IHK.
Misalnya, jika permintaan minyak sawit dari China menurun, harga minyak sawit di pasar domestik Indonesia juga akan ikut turun.
Hal ini tidak hanya memengaruhi petani dan produsen, tetapi juga bisa berdampak pada daya beli konsumen yang mungkin mengharapkan harga barang lain akan ikut turun.
BACA JUGA:Memahami Perbedaan Deflasi dan Inflasi Sebagai Dampak dari Perubahan Ekonomi
BACA JUGA:Krisis Ekonomi China Berpotensi Menular ke Seluruh Dunia, Mengapa Demikian?