30 Hektar Sawah Gagal Panen di Bengkulu Utara
Rice Milling berjalan menjadi hal menarik di masyarakat, menyikapi tingkat produksi padi yang anjlok di kalangan petani.--
ARGA MAKMUR RU - Pagebluk panas ekstrem yang terjadi, gegara el nino dan kini menjelma jadi la nina yang akan berimbas di banyak daerah hingga awal semester pertama 2024. Sangat berimbas buruk dengan sektor tanaman pangan. Salah satunya, pertanian padi yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara (BU), seluas lebih kurang 30 hektar, dipastikan gagal panen.
Kepala Dinas Holtikultura Tanaman Pangan dan Peternakan Bengkulu Utara, Kuasa Barus, SP, tak menampik soal ini. Dia menyampaikan, puluhan hektar yang salah satunya berada di wilayah Kecamatan Air Napal itu, berstatus sawah tadah hujan.
Paceklik curah hujan yang parah, khususnya di kawasan-kawasan yang memiliki jarak yang relatif dekat dengan laut. Menyebabkan tanaman dengan nama latin Oriza Satifa ini, tak mampu tumbuh apalagi berkembang biak seperti yang diharapkan.
"Sementara, air hujan menjadi faktor yang paling utama dalam sistem tadah hujan ini," ungkapnya, belum lama ini kepada media.
Dia mengamini, manajemen daerah di sektor pangan saat ini sangat konsen dengan prakiraan-prakiraan dari lembaga-lembaga kompeten pemerintah. Seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dimana sajian informasi diadopsi dalam rancang bangun program di sektor pangan.
Bahkan, lanjut dia, dalam rakor kebencanaan baru-baru ini, prakiraan cuaca la nina, menjadi topik utama yang diminta Bupati Mian. Menjadi early warning serius bagi semua pihak untuk kemudian melakukan perencanaan untuk aksi-aksi daerah.
BACA JUGA: Upacara HGN Bengkulu Utara di Lapangan Kemumu
"Karena salah satu yang sulit dielak adalah faktor alam," tegasnya.
Terpisah, Kepala Gudang Bulog Taba Tembilang, Bengkulu Utara (BU), Henopi, menyampaikan. Kalau stabilisasi harga khususnya beras oleh pihaknya masih terus berlanjut. Kata dia, tidak kurang 1.600 ton, sejak Januari 2023 berasnya keluar dari gudang.
Distribusi, selain program, juga dilakukan rerata lewat mitra. Pasalnya, selain dalam rangka Stabisisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), program-program serupa dari sisi komoditi, acap menggunakan beras dari BUMN yang kini dipiloti Budi Waseso ini.
"Tidak kurang 40 ton seminggunya keluar dari gudang," kata Henopi di Komplek Pergudangan Bulog Taba Tambilang, belum lama ini.
Pengendali gudang berkapasitas seribu ton yang diresmikan, kala itu oleh Bedu Amang, Kepala Bulog akronim dari Badan Urusan Logistik pada 1997 itu menyampaikan. Ready stok alias pasokan beras di gudangnya berjumlah 850 ton.
"Jumlah itu sudah dapat mencukupi kebutuhan standar. Karena kalau menghitung potensi kebutuhan, 300 ton sebulannya untuk kabupaten ini," terang Henopi.
Meski begitu, antisipasi beras secara berjenjang juga sudah dilakukan Bulog. Dengan artian, keberadaan pasokan yang dapat bergerak dinamis untuk memasok daerah-daerah yang membutuhkan. Salah satunya, ketika terjadi bencana alam.
"Intinya, begitu membutuhkan beras di Gudang Bengkulu siap dipasok ke daerah-daerah," pungkasnya. (bep)