DEBAT ORANG-ORANG BISU
Ilustrasi-Fileski (W.Tanjung Files)-
Memang judi itu bikin ketagihan, sistem algoritma yang telah diatur sedemikian rupa, membuat siapa yang pernah mencobanya, akan terus mencoba, sampai hartanya terkuras habis. Jika penyakit masyarakat yang seperti ini terus dibiarkan, akan berdampak pada banyak aspek.
Misalnya aspek keamanan, ketika seseorang terdesak ekonomi, karena hartanya telah habis dikuras judi online. Mau tidak mau, untuk bertahan hidup, ia harus mencuri atau merampok.
Belum lagi ketika masyarakat sudah diperdaya dengan iming-iming gaya hidup enak, bisa kaya tanpa bekerja. Hanya dengan klik-klik layar ponsel, bermimpi bisa jadi kaya raya tanpa harus keluar tenaga dan keringat untuk bekerja.
Budaya pamer kekayaan pasti juga akan tumbuh subur, paradigma masyarakat akan berubah, bahwa orang yang bahagia itu orang yang punya tas mewah, punya mobil mewah, punya rumah yang megah, semua perhiasan dipakai sampai bunyi gemerincing. Kalau hal ini terjadi, bisa jadi kehancuran bagi desa ini, ketentraman dan kedamaian yang sebelumnya ada, pasti akan hilang.
BACA JUGA:BAGAIMANA AGAR LANGIT TAK RETAK
BACA JUGA:GUNUNG YANG TAK BERPUNCAK
Tidak mudah memang, untuk menjaga karakter masyarakat agar tetap hidup bersahaja. Padahal dengan hidup sederhana, kita tetap bisa bahagia. Yang bikin panasnya hati, ketika sudah marak budaya pamer kekayaan.
Sehingga uang menjadi patokan segalanya, Padahal di desa ini lebih mudah mendapatkan bahan pangan daripada uang.
Selain karena penduduk sini lebih suka bertransaksi secara barter, penggunaan emas dirasa lebih nyaman digunakan untuk membeli atau menukarkan hasil pertanian dengan benda yang tak bisa tergerus inflasi itu. Sedangkan uang kertas, jarang sekali digunakan karena peredarannya tidak begitu banyak di sini.
Karena adanya kelangkaan jumlah uang kertas yang beredar, membuat perputaran ekonomi tidak begitu deras seperti di kota besar.
Itu sebabnya masyarakat disini jarang yang membeli barang berdasarkan keinginan, namun membeli barang berdasarkan kebutuhan.
BACA JUGA:Sepucuk Surat Untuk Gubernur Jenderal
BACA JUGA:Yang Pernah Menjadi Abu
Misalnya untuk kebutuhan sekolah, masyarakat menganggap ilmu adalah bagian dari investasi masa depan, seperti halnya emas. Misalnya ketika membutuhkan seragam, alat tulis, dan segala kebutuhan sekolah, masyarakat tidak segan untuk mengeluarkan emas dari brankas.
Meskipun desa terpencil, kami punya sekolah mulai dari untuk pendidikan anak usia dini, SD, SMP, SMA, universitas, dan itu semua gratis tanpa biaya. Karena sudah dibayar dari anggaran desa yang dikumpulkan dari pajak masyarakat.