DEBAT ORANG-ORANG BISU

Ilustrasi-Fileski (W.Tanjung Files)-

BACA JUGA:Bukan Dia, Romeomu

Calon lurah yang tidak kuat membayangkan beban jabatan dari pertanyaan warga, diperbolehkan untuk langsung mundur dari podium.

Itu menandakan bahwa yang terpilih jadi calon, bukan karena ambisi kekuasaan, namun benar-benar karena ingin mengabdi pada masyarakat. Sementara calon lurah yang masih bertahan, tetap berdiri sampai semua pertanyaan warga selesai diutarakan. 

Pertemuan debat dijadwalkan ada lima kali, pun selama lima kali debat itu berlangsung, para warga desa selalu melakukan tirakatan setiap malam.

Agar mendapatkan bisikan Ilahi, pesan dari yang Maha Kuasa untuk menunjukkan yang mana yang terbaik untuk memimpin desa ini. Begitu nanti sudah terpilih dan menjabat, lurah sama sekali tidak akan berbicara, karena suaranya sudah hilang.

Lurah akan menjalankan program dengan cara menulis, para perangkat desa akan melaksanakan semua perintah lurah yang sudah ditulis. 

BACA JUGA:Menggores Aksara Di Pusara Rumah Ayah

BACA JUGA:Kotak Rahasia Jessy

Bagaimana dengan calon lurah yang tidak terpilih, suaranya juga tetap hilang. Ia mendapat tanggung jawab sebagai oposisi, sebagai penyeimbang dan yang selalu memantau jalannya program lurah yang terpilih.

Mengirim surat kepada lurah jika ingin menyampaikan kritik dan saran. Itu berlangsung selama masa jabatan lurah yang terpilih, nanti ketika sudah genap enam tahun, suaranya akan kembali dengan sendirinya. Termasuk suara lurah yang terpilih akan kembali lagi seperti sedia kala.

Kecuali mereka yang punya niat buruk, misalnya lurah yang korupsi, atau oposisi yang hanya ingin membuat kekacauan di desa, suaranya tidak akan pernah kembali. (*)

Biodata Penulis

Fileski, nama asli Walidha Tanjung Files, lahir di Madiun pada 21 Februari 1988, adalah seorang penulis, musikus, dan penyair Indonesia. Dikenal melalui karya puisi, prosa, dan esai.

BACA JUGA:BAGAIMANA AGAR LANGIT TAK RETAK

BACA JUGA:GUNUNG YANG TAK BERPUNCAK

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan