Mukomuko Gudang Sapi Populasinya 32.000 Ekor

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Fitriyani Ilyas, S.Pt-Radar Utara/ Wahyudi -

"Straw atau semen beku pejantan diambil dari sapi pejantan yang berkualitas seperti badan besar dan bobot berat. Sehingga anak yang diproduksi dari kawin suntik bisa meniru semen pejantan," ujarnya.

Ditambahkan Fitri, insiminasi buatan juga menghindari ternak kawin sedarah. Jika ternak kawin sedarah ada kecendrungan kualitas ternak menjadi turun.

BACA JUGA:23.597 Anak di Mukomuko Diimunisasi Polio

BACA JUGA:Permohonan Program Perhutanan Sosial Dua Kelompok Proses di Kementerian

Anakan sapi menjadi lebih kerdil. Sedangkan ternak yang dilepasliarkan biasanya itu kawin alami.

Tapi yang terjadi kawin sedarah. Dalam beberapa periode, itu bisa menurunkan kualitas ternak menjadi kerdil, walaupun induk dan pejantannya besar.

"Saat ini pemerintah menyediakan straw kawin suntik. Selain untuk menjaga kualitas ternak sapi, insiminasi buatan ini, juga bisa mendorong produksi sapi lebih cepat," jelasnya.

Semisal, lanjut Fitri, masa bunting sapi biasanya 9 bulan atau sekitar 283 hari lalu akan melahirkan. Setelah melahirkan sapi bisa birahi  setelah 60 hari sampai 90 setelah melahirkan.

BACA JUGA:Sekda Abdiyanto Marah, Hasil Sidak OPD Tidak Ada Pegawai Masuk Kantor

BACA JUGA:25 Calon Anggota DPRD Mukomuko Terpilih Telah Sampaikan LHKPN

Ketika muncul tanda-tanda birahi pada indukan sapi, bisa langsung dikawin suntik. Persentase keberhasilan bunting dari insiminasi buatan ini juga cukup tinggi.

"Dan kawin suntik sudah mulai sering diterapkan peternak yang sapinya dikandangkan. Karena sapi cendrung lebih jinak dan mudah melakukan kawin suntik. Biasanya peternak sapi kandang tidak perlu memelihara pejantan," pungkasnya. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan