Menggores Aksara Di Pusara Rumah Ayah

Ilustrasi-doc.lakonhidup,com-

Bias-bias sinar matahari tidak punya kekuatan untuk menembus awan pekat yang menghalanginya. Begitulah gambaran takdir. Hidup dapat berubah kapan saja dan sewaktu-waktu dapat kembali seperti semula. 

Akan tetapi, gambaran takdir tentang langit yang menghitam sementara itu tidak berlaku untuk anak remaja yang malang ini. Takdir keberuntungan belum saja datang menghampiri. Buktinya, ayahnya tidak kembali lagi dan kegetiran selalu hadir laksana dedauanan yang enggan berpisah dari tangkainya.

“Jika engkau tidak lagi sudi menemui anakmu ini, kapankah waktuku kembali sepertimu? Terbalut kain putih dengan tiga tali-temali yang mengikat tubuhku. 

BACA JUGA:Temukan Berbagai Manfaat Yang Dapat Kita Ambil Dari Daun Insulin Yang Jarang Diketahui

BACA JUGA:Menyikap Jejak Sejarah Hotel Raja Majapahit, Umpak Balekambang

Aku ingin sekali menemuimu. Ayahku, engkau seorang diri di alam tak terpandang oleh mata. Aku ingin sekali dibuatkan r sepertimu. Rumah sederhana yang yang dibangun atas ratapan tangis kehilangan. Aku ingin namaku juga tertulis di sebuah lempengan batu yang sewaktu-waktu tertimpa rerintikan hujan dan panasnya terik matahari. 

Aku ingin sepertimu yang pada waktu-waktu tertentu dikunjungi dengan puisi rindu. Namun, jika aku menemuimu adakah seorang yang akan merindukanku? Adakah seseorang yang menuliskan puisi aksara rindu di pekarangan rumahku nanti?”

Biodata Penulis

Khaerul Majdi lahir di Aikmel, Lombok Timur, 9 Agustus 2002. Ia memulai kerja sastra sebagai peminat dan pengagum sastra sejak bangku SMA dengan mengambil jurusan bahasa dan mengikuti ekstrakulikuler kelas sastra. Sekarang, berkuliah di Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor, Lombok Timur. Aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (HIMMAH NWDI). Selain itu, Ia juga tengah mengampu perpustakaan mini Keluarga Nomaden sebagai ketua pustaka. No. WA: 081770936019, IG: @khaerulmajdii_,

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan