BAGAIMANA AGAR LANGIT TAK RETAK
Ilustrasi-Walidha Tanjung Fileski-
Namanya Edi Sujarwo. Akrab dengan panggilan mas Jarwo. Pemimpin yang sukses dalam menata kota, hingga meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Ia pun tak menutup akses pada rivalnya yang ia kalahkan. Ia malah ajak berkolaborasi untuk membangun kotanya.
Di sisa hidupnya, yang ia inginkan hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk kota kelahirannya. Sama sekali ia tak memikirkan kepentingan pribadi. Kota ini yang membesarkannya, dan di kota ini pula ia akan disemayamkan. Bagaimana dengan segenggam kekuasaan di tangannya, ia ingin berbuat sesuatu agar bisa dikenang kebaikannya.
Pemimpin adalah orang yang penuh dengan kebohongan. Kalian tidak salah dengar, Pak Jarwo sendiri yang mengatakan itu di depan para simpatisannya.
BACA JUGA:Bunga Bangkai Ditemukan di Bantaran Sungai Air Berau
BACA JUGA:Ketahanan Industri Indonesia di Tengah Volatilitas Ekonomi Global
Maksud dari kalimat itu, bahwa pemimpin tidak bisa murni harus terus terang dalam segala hal. Jika semuanya dibuka blak, maka dipastikan akan menyakiti golongan tertentu, meski sebagian akan merasa terpuaskan.
Itulah yang disebut dengan politik, ilmu untuk memenangkan dukungan, namun menghindari perpecahan dan pertumpahan. Solusinya ya hanya dengan kebohongan.
Ia juga mengatakan kepada para pendukungnya, bahwa berbohong itu boleh, menipu itu jangan. Apalagi sampai bersumpah untuk mengobrol-obral janji dalam kampanye, melibatkan atas nama Tuhan.
Itu bisa fatal akibatnya, semacam senjata makan tuan. Sebab kita yang bisa membuat skenario di dunia, belum tentu diijabah oleh Tuhan yang maha mengatur kehidupan.
BACA JUGA:Inilah 44 Pelajar di Bengkulu Utara yang Lolos Seleksi Paskibraka 2024
BACA JUGA:12 Juli Diperingati Sebagai Hari Koperasi, Tahukah Anda Kapan Koperasi Berdiri
Jadi jelas bedanya berbohong dan menipu, kalau menipu sudah dipastikan menimbulkan kerugian dan menyakitkan orang lain. Sedangkan berbohong, bisa saja untuk menyenangkan hati orang lain, atau cara agar tidak menyinggung perasaan. Hal itu sering ia lakukan di hadapan istrinya. Sebab ia punya dua orang istri.
Bagaimana ia bisa punya dua istri. Awalnya karena ia tak dikaruniai keturunan dengan istri yang pertama. Diam diam tanpa sepengetahuan istrinya, ia menikah lagi, secara siri. Sebab profesinya sebelum jadi walikota, ada peraturan yang melarang untuk mempunyai lebih dari satu istri.
Saking pengennya pak Jarwo mempunyai keturunan, gadis desa yang bernama Erna, ia lamar dan nikahi dibawah tangan, tanpa izin istrinya. Sampai akhirnya terbukti ia punya keturunan, Erna hamil.
Saat itulah ia berusaha putar otak, bagaimana agar hal ini bisa diketahui istrinya yang pertama, namun tak menimbulkan keretakan rumah tangga. Jangan sampai langit retak karena ada dua rembulan.