Israel Tebar Utang Obligasi Internasional hingga Rp 121 Triliun
--
RADAR UTARA - Invasi Israel ke wilayah Palestina, dengan dalih balas dendam kepada milisi Hamas, berimplikasi pada kondisi fiskal otoritas yang dipimpin Benjamin Netanyahu itu. Mengutip laporan Reuters dari Kumparan, mengabarkan setidaknya penggalangan dukungan fiskal untuk Israel dengan skema utang dari para sekutunya, mencapai USD 7,8 miliar atau Rp 121 triliun. Atau dalam mata uang Israel: penggalangan utang dengan cara menebar obligasi internasional tersebut, nilainya sebesar 30 miliar shekel.
"Israel telah mengumpulkan utang sekitar 30 miliar shekel, sejak dimulainya perang dengan militan Hamas," dari Reuters yang dilansir kumparan.
Informasi tersebut, dijumput dari Kementerian Keuangan Israel. Biaya perang yang tidak sedikit itu, konon, kata Israel, digunakan untuk beberapa keperluan. Mayoritas disedot kebutuhan perang dengan skala besar yang dimulai sejak 7 Oktober lalu itu.
Lebih dari separuh utang obligasi internasional atau senilai 16 miliar shekel, dikabar Israel berasal dari penerbitan obligasi di pasar internasional dalam mata uang dolar. Sokongan dari dalam negeri, turut dihimpun sekitar 3,7 shekel dari lelang obligasi mingguan.
BACA JUGA:Sepanjang 2023, Sebanyak 238 Orang Indonesia Kerja di Luar Negeri
Invasi besar-besaran, termasuk mengarah ke rumah sakit yang kini menjadi bulan-bulanan hujatan dunia internasional, turut berimbas dengan belanja Israel yang melonjak tajam. Bahkan, dalam laporan itu, penerimaan pajak Israel pun turun.
Kemudian, mencatatkan defisit anggaran hingga 22,9 miliar shekel pada bulan lalu (Oktober,red). Kalau dikomparasikan dengan situasi years on years (YoY), defisit meningkat 2,6 persen.
Belanja Israel yang melonjak itu, bukan hanya untuk mendukung alutsistanya yang tak murah. Tapi juga termasuk kucuran kompensasi pada sektor bisnis di dekat perbatasan yang terimbas, termasuk juga keluarga korban dan sandera. (bep)