Tahukah Anda Budaya Kerja Agile yang Bakal Diterapkan di Ibu Kota Nusantara?
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Abdullah Azwar Anas-menpan.go.id-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Rasanya tidak lama lagi, pergeseran ASN ke Ibu Kota Nusantara atau IKN, bakal dilakukan pemerintah.
Sebagai pusat pemerintahan yang didesain modern, IKN nantinya turut menuntut hal-hal yang relatif anyar bagi kalangan penyelenggara birokrasi di sana.
Sebagai basis pusat penyelenggaraan pemerintahan bisa diketakan benar-benar berada di tengah-tengah Indonesia, iklim kerja modern, transformasi di sana menuntut budaya kerja yang agile.
Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atau Menteri PANRB, Abdullah Aswar Anas, baru-baru ini mengabarkan soal persiapan pengadaan aparatur hingga manajemen rotasi aparatur negara yang bakal dilakukan pemerintah secara besar-besaran ini.
BACA JUGA:Bengkulu Utara Belum Rencanakan Penggunaan Starlink
BACA JUGA:Menanya Tanggungjawab Moril Bimbingan Kawin, di Tengah Pandemi Kasus Cerai
Usai rapat yang dipimpin langsung Presiden Joko Widodo atau Jokowi itu, Menteri Anas bilang, menerangkan pemindahan ASN ke IKN sekaligus akan mewujudkan transformasi budaya kerja baru yang agile Selain adaptif dalam sistem terap teknologi di sana.
Agile sendiri, lazim di kalangan pengembangan software. Berangkat dari lingkungan yang lazim menggunakan prinsip agile ini, maka secara sederhana penyelenggaraan budaya kerja yang agile seperti yang dikatakan Menteri Anas, tidak lepas dari konsep kota moderen yang menjadi ciri dari IKN nantinya.
Agila di dalam dunia software, dikenal sebagai sistem kerja yang bertahap dan berulang-ulang atau iterasi.
Agile juga dapat disebut dengan framework atau dalam masa lampau diaktualisasikan dalam format Garis Garis Besar Haluan Negara atau GBHN yang kini banyak dirindukan masyarakat.
BACA JUGA:CPNS Formasi IKN, 2001 Putra-Putri Kaltim, Masuk Slot Khusus Tahun 2024
GBHN dipandang menjadi pakem bernegara. Maka konsep bernegara, tidak boleh dikalahkan dengan egosentris elit-elit penyelenggara negara.
Sehingga arah pembangunan akan jauh lebih mudah dijalankan oleh siapapun dan diisi oleh program-program improvisasi yang tidak lepas dari goal yang direncanakan dalam sekub politik negara.