Sepucuk Surat Untuk Gubernur Jenderal

Ilustrasi-gramedia.com-

Jika ada orang-orang Melayu yang ingin menggulingkan kekuasaan raja muda, karena ia membela hak orang-orang Eropa, ia anggap mereka itu kafir yang datang menjajah ke tanah Melayu yang perlu dimusnahkan. Orang semacam itu harus cepat-cepat disingkirkan, seperti bangkai yang seharusnya dibuang jauh-jauh.

Kedatangan para kompeni yang berseragam dan berbaris-baris ke tanah Melayu hanya untuk berbuat dosa. Darah mereka halal, boleh dibunuh di mana saja kamu bertemu.

Ini suatu prinsip yang dipegang erat dalam peperangan Melayu melawan para penjajah. Gubernur Jenderal tidak berkuasa di daratan Melayu saja, tapi ia juga ingin mengambil lautorang-orang Melayu yang kaya raya.

BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Sambut Jemaah Haji di Bengkulu, Ambulan Standby di Bandara

BACA JUGA:Ancaman Perang Dunia III Kian Nyata, Kehancuran Dunia Seperti di Ujung Tanduk

Sudah berapa banyak kapal orang Melayu dibakar. Mereka para nelayan diusir secara paksa dari rumah reot beratap rumbia, lalu rumah itu dirubuhkan.

Di antara mereka ada yang melawan, lalu ditembak mati. Untung saja mereka takmudah dilumpuhkan. Nyawa takbegitu berarti bagi mereka ketika berhadapan dengan kompeni.

Mereka yang tinggal di tanah Melayu memegang teguh petuah-petuah sesepuh mereka, termasuk Datuk-Datuk mereka yang menanamkan kebudayaan yang luhur dan adat istiadat yang tidak berbenturan dengan agama Islam.

Nilai-nilai keimanan telah ditanamkan dalam jiwa-jiwa mereka. Melawan para penjajah adalah perintah dari Tuhan yang tertulis dalam kitab suci.

Karena itu mereka ingin memusnahkan kompeni dan aturan-aturan Gubernur Jenderal yang bersifat diskriminatif. Yang mati melawan penjajah akan mendapat tiket ke surga.

BACA JUGA:Udah Tau Belom, Kalo Shopee Bisa Minjem Duit Sampe 50 Juta. Caranya Super Simpel

BACA JUGA:Sudah Dipercayai Sejak Dulu, Ternyata Sambiloto Mengandung Banyak Manfaat Bagi Kesehatan Tubuh

Siapapun yang datang menjajah, dan tidak mau mengikuti diplomatik Melayu, harus dilenyapkan, ucap raja muda. Darahnya terus mendidih,  semangatnya yang siap betempur berkobar-kobar.

Bagaimana dengan orang Melayu yang bikin onar di tanahnya sendiri tuan raja. Ia tak pernah peduli dengan peperangan ini.

Ia hanya seorang maling takberguna tuan, yang tugasnya hanya merampas hak-hak orang lain. Intinya ia hanya seorang maling. Atau mungkin ia bekerjasama dengan kompeni untuk merubuhkan kerajaan tuan? Pertanyaan itu membuat raja muda termenung sejenak, bukan karena kesulitan menjawab.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan