Banner Dempo - kenedi

Menengok Industri Susu Tanah Air

Kementerian Perindustrian terus berupaya meningkatkan produksi susu, termasuk menjaga ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan susu agar produktivitasnya berjalan baik-NET -

Umum terjadi di populasi di Asia dan Afrika. Juga di beberapa daerah di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, dan Australia.

Mereka secara biologis, dalam istilah kedokteran mengalami intoleransi laktosa atau kondisi saat seseorang tidak mampu mencerna laktosa atau gula dalam produk susu sepenuhnya, karena kekurangan enzim laktase yang terdapat di dalam saluran pencernaan.

BACA JUGA: Mendorong Penguatan Produksi Gas Nasional, Peran Vital Gas Industri

BACA JUGA:Menembus Batas Pasar Produk Tekstil

Intoleransi laktosa umumnya banyak terjadi pada orang tua zaman sekarang, lantaran saat kecil tak dibiasakan untuk rutin mengonsumsi susu.

Selain faktor biologis, konsumsi susu rendah di tanah air juga terkait rendahnya populasi sapi perah.

Merujuk data Kementerian Pertanian pada 2021, jumlah sapi perah di Indonesia hanya sebanyak 578.579 ekor, dengan produksi susu segar dalam negeri sebesar 962,68 ribu ton per tahun.

Angka produksi susu segar itu meningkat menjadi 968.980 ton pada 2022. Meski total produksi susu segar cukup besar, tetap masih di bawah total kebutuhan susu di tanah air, yang mencapai 4,4 juta ton (2022).

BACA JUGA:Industri Hijau Jadi Standar Pembangunan Berkelanjutan

BACA JUGA:Mesin Utama Pengerek Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Mencermati hal itu, Kementerian Perindustrian terus berupaya meningkatkan produksi susu, termasuk menjaga ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan susu agar produktivitasnya berjalan baik dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor.

Adanya investasi baru di sektor industri pengolahan susu, khususnya produsen susu cair, menyebabkan peningkatan kebutuhan bahan baku susu segar dari dalam negeri.

Saat ini, merujuk keterangan tertulis Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika, dalam keterangannya di Bali, terjadi perubahan demand di pasar, dari susu bubuk dan susu kental manis, menjadi susu cair (UHT dan pasteurisasi) dalam beberapa tahun terakhir.

Adapun produksi terbesar di industri pengolahan susu saat ini didominasi susu cair dan krim (49 persen), sisanya adalah susu kental manis (17 persen), dan susu bubuk (17,5 persen).

BACA JUGA:16 PSN Baru Dibangun tanpa Membebani Keuangan Negara

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan