Tak Semua Tahu Batubara Sebabkan Krisis Iklim
Kegiatan SEB #2-Radar Utara/ Doni Aftarizal-
BENGKULU.RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Ternyata tidak semua tahu, termasuk kalangan pelajar dan mahasiswa jika batubara menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis iklim.
Ini disampaikan Manajer Sekolah Energi Bersih (SEB) Kanopi Hijau Indonesia, Hosani usai kegiatan SEB edisi kedua (#2). Menurutnya, fakta ini terungkap setelah pihaknya melihat hasil kuesioner yang disebarkan pada pelajar dan mahasiswa.
"Ada sebanyak 187 siswa SMP Sint Carolus Bengkulu dan 37 mahasiswa jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), yang kita berikan quisioner," ungkap Hosani.
Hasilnya, lanjut Hosani, sekitar 70 persen atau 131 siswa SMP Sint Carolus Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu tidak mengetahui, jika batubara sebagai salah satu penyebab krisis iklim.
BACA JUGA:Ombudsman Disebut Berperan Dalam Perbaikan Pelayanan Publik
BACA JUGA:Awal Tahun 2025 Ditargetkan Kawasan Wisata DDTS Terkelola
"Sementara mahasiswa Jurusan Sosialogi UMB yang tidak tahu sekitar 32,4 pesen atau 12 mahasiswa. Namun rata-rata mereka, mengetahui jika sampah menjadi penyebab krisis iklim di bumi," kata Hosani.
Disamping itu, sambung Hosani, mayoritas dari 881 anak muda yang dijangkau SEB, juga tidak mengetahui terjadinya krisis iklim adalah akibat penggunaan batubara.
"Tentu situasi ini bisa menjadi sebuah refleksi, bahwasannya anak muda di tempat lain juga mengalami keterbatasan informasi yang berkaitan dengan penyebab krisis iklim yang saat ini melanda bumi," ujar Hosani.
Sementara Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar menjelaskan, situasi tidak sampainya informasi krisis iklim kepada anak muda di Bengkulu, menjadi potret tidak bertumbuh dan berkembangnya materi pendidikan di Indonesia.
BACA JUGA:Jelang Idul Adha, DKP Bengkulu Bagikan 3 Ton Ikan Bandeng
BACA JUGA:570 PPPK Teken Kontrak, 90 Lainnya Masih Tunggu NI
"Ini menjadi bentuk pemerintah tidak menganggap penting krisis iklim bagi pengetahuan anak muda," sindir Ali.
Seharusnya, Ali menambahkan, negara sudah sepatutnya berpikir progresif, daripada sekarang dalam proses diseminasi pengetahuan yang notabenenya berkaitan dengan masa depan penerus bangsa.