Lebaran dan Perputaran Ekonomi Masyarakat

Sejumlah pengunjung bermain air di Desa Wisata Ketapanrame, Mojokerto, Jawa Timur. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memproyeksikan perputaran ekonomi di sektor parekraf selama libur Lebaran mencapai Rp276,1 triliun akibat tinggin--

"Tapi ini naiknya hampir 50 persen (proyeksi pergerakan masyarakat) dibandingkan tahun lalu. Jadi saya memprediksi angka (perputaran ekonomi) yang lebih tinggi lagi yaitu sekitar Rp350 triliun sampai Rp400 triliun," kata Sandiaga.

Bila benar seperti yang disampaikan Menparekraf, bisa dipastikan terjadi peningkatan konsumsi, baik dalam belanja konsumen.

BACA JUGA:Mencermati Minat Dunia pada Makanan Laut Indonesia

BACA JUGA: ID Food Raih Penghargaan di Ajang Digital Technology Award 2024

Hal ini menciptakan peluang besar bagi pelaku usaha untuk meningkatkan penjualan mereka.

Demikian pula di sejumlah destinasi wisata. Pasalnya, libur Lebaran sering dimanfaatkan oleh banyak orang untuk berlibur atau mudik.

Ini menyebabkan lonjakan dalam industri pariwisata, termasuk transportasi, akomodasi, dan sektor-sektor terkait lainnya.

Di sektor perhotelan misalnya, bisa dipastikan tingkat okupansi hotel dan restoran di sejumlah daerah juga diprediksi naik antara 80 bahkan hingga mencapai 100 persen.

BACA JUGA:Transisi Energi Indonesia Perlu Libatkan Peran Anak Muda

BACA JUGA:Layanan Telekomunikasi Tetap Asyik selama Mudik

Rata-rata lama tinggal antara satu sampai dua malam. Sedangkan, wisatawan dari luar provinsi dapat mencapai empat malam.

Di sisi lain, aktivitas ekonomi lokal pun meningkat. Lebaran juga memberikan dampak positif pada ekonomi daerah, terutama di kota-kota besar. Aktivitas ekonomi terjadi peningkatan sehubungan dengan persiapan dan perayaan lebaran.

Peluang dan Tantangan

Tak dipungkiri, periode Lebaran adalah waktu yang tepat bagi pelaku usaha untuk mengoptimalkan penjualan mereka dengan menawarkan promosi khusus, paket liburan, atau produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen selama musim tersebut. Namun, adanya lonjakan permintaan selama Lebaran sering kali menyebabkan tantangan dalam pasokan dan distribusi barang-barang, terutama di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat produksi.

BACA JUGA: PMI Manufaktur Indonesia Konsisten Ekspansi 31 Bulan Berturut-turut

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan