Paceklik, Pasar Sepi, Copet Pun Tak Beraksi
Kios relokasi pedagang pasar sepi pengunjung, dipicu lesunya sumbu ekonomi utama di daerah, seperti perkebunan karet dan sawit.-Radar Utara/Benny Siswanto-
Salah satu buah yang lazim diburu saat ramadhan, lanjut dia, yakni semangka. Ramadhan tahun ini, tingkat pembelian masyarakat begitu kentara berkurang.
"Semangka ini selain kaya vitamin, juga menjadi salah satu buah kesukaan Nabi Muhammad dan merupakan salah satu buah surga," ujarnya, mencerita sembari promosi.
BACA JUGA: Bawaslu Mantapkan Persiapan Sidang PHPU
BACA JUGA: 5 Trik Ini, Mampu Menghilangkan Rasa Ngantuk Dalam Perjalanan
Pria lulusan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK ini, mengatakan, di tengah pascapagebluk Covid-19, pedagang harus melakukan beberapa improvisasi.
Langkah itu dilakukan, agar barang dagangan tidak terus saja menumpuk, kemudian membusuk, lantaran sepinya pembeli.
"Tidak jarang, kita melakukan promosi lewat gawai. Termasuk ke teman-teman jaman sekolah dulu, sejawat," ceritanya alih-alih upayanya dalam berdagang saat situasi paceklik seperti saat ini.
Dia juga mengungkap, tak jarang bertanya pada masyarakat saat membeli dagangannya.
BACA JUGA:Awas Jangan Dibiasakan! Ini Bahaya Menahan Buang Air Besar dan Kecil Bagi Kesehatan
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Miliki 11 Dokter Hewan
Di tengah harga komoditi perkebunan yang tengah tinggi, tetap saja tidak berimbas pada ekonomi petani.
"karena harga tinggi, sawitnya ngetrek. Harga tinggi, karetnya ga ada getah," bebernya, menyitir ungkapan masyarakat.
Sirkulasi keuangan di daerah, masih sangat disokong oleh segmen ekonomi utamanya. Salah satunya, sangat dipengaruhi oleh sektor perkebunan.
"Mungkin juga, copet milih ga muncul, karena apa yang mau dicopet," ungkapnya sedikit berkelar.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Tambah UPTD Pelayanan Adminduk di Penarik