Kisah Tuan Snouck dan Paman Aboe
Christiaan Snouck Hurgronje. -Dok. Chr. Snouck Hurgronje-
Sejarah mencatat, perjumpaan ini adalah perjumpaan yang saling menguntungkan.
Bagi Aboe Bakar kesempatan ini memberikan dia pekerjaan jangka panjang dan perlindungan yang sangat dia butuhkan.
BACA JUGA: Mau Puasa Lancar! Ini 3 Jenis Makanan yang Sebaiknya Dihindari Saat Sahur
BACA JUGA: Industri Indonesia di Tengah Resesi Global
Bagi Snouck perjumpaan inilah yang akan menjadi tulang punggung dan penyelamat reputasinya.
Aboe Bakar sedikit lebih tua dari Snouck, dia lahir sekitar tahun 1854.
Saat itu dia adalah saudara Bupati Pandeglang dan anak dari bupati sebelumnya Raden Adipati Natadiningrat.
Ibunya adalah istri keempat bupati yang bernama Raden Ayu Wargakusuma.
Keluarga priyayi ini sudah lama berkomitmen untuk bekerja sama dengan Belanda. Karena krisis keuangan akibat anggota keluarganya yang semakin membesar, Aboe Bakar membutuhkan pekerjaan yang bisa diandalkan.
BACA JUGA: Bank Indonesia Jamin Utang Luar Negeri Aman dan Terkendali
BACA JUGA: Aristoteles, Penemu Ilmu Mantik, Guru dari Alexander Agung
Lima tahun adalah waktu yang telah dihabiskan Aboe Bakar selama belajar di Mekah.
Saat itu dia sudah menjadi bagian dari komunitas Jawi, orang-orang Asia Tenggara yang belajar di Mekah. Hal ini menyebabkan dia lebih nyaman berbahasa Arab ketimbang bahasa Belanda.
Terbukti dalam surat-menyurat yang dia lakukan dengan Snouck selama bertahun-tahun sesudahnya, dia hampir selalu menggunakan bahasa Arab.
Snouck sangat terkesan dengan Aboe. Dalam salah satu catatan pribadinya dia menulis, Raden Aboe Bakar yang telah memiliki "ilmu rahasia" dari Mekah selama lima tahun adalah orang terpercaya yang pernah saya temui.