Kisah Tuan Snouck dan Paman Aboe
Christiaan Snouck Hurgronje. -Dok. Chr. Snouck Hurgronje-
Stasiun karantina haji di Jedah adalah tempat Snouck memulai kerjanya.
Sembari melakukan aklimatisasi dan adaptasi dia mewawancarai kelompok-kelompok jemaah haji yang tiba di sana dengan menumpang kapal VOC.
BACA JUGA:Tahun Ini, Pemprov Bengkulu Buka Seleksi 500 Formasi CPNS dan PPPK
BACA JUGA: Soal Libur Lebaran dan Jadwal Belajar, Ini Kata Korwil Pendidikan Ketahun
Dalam kerja-kerjanya dia dibantu oleh seorang berkeahlian khusus yang berasal dari Banten.
Dia adalah Raden Aboe Bakar Djajadiningrat, seorang priyayi rendahan, anak dari Bupati Pandeglang dari garwa selir.
Saling Menguntungkan
September 1882, dua tahun sebelumnya, Konsul Johan Kruyt berkunjung ke stasiun karantina haji di Jedah.
Sesampai di sana dia merasa perlu mendatangkan seorang berkeahlian khusus untuk mengatasi urusan haji yang semakin pelik.
Dalam suratnya kepada Menteri Luar Negeri Kerajaan Belanda, Kruyt membutuhkan jasa seorang warga sipil Hindia Belanda asli kelas satu, lancar berbahasa Jawa, Melayu, dan Arab serta bisa melakukan kegiatan-kegiatan pengintaian.
BACA JUGA: Apakah Sikat Gigi Bisa Membatalkan Puasa? Ini Penjelasannya...
BACA JUGA:BLT Dana Desa TA 2024 Desa Perbo Cair, Setiap KPM Dapat Rp900 Ribu
Pasalnya dalam kegiatan pengintaian sebelumnya yang dilakukan oleh informan bayaran setempat seringkali hasilnya meragukan bahkan menyesatkan.
Tak lama setelah berada di Jedah, Snouck berjumpa dengan Aboe Bakar Djajadiningrat yang sebelumnya telah tinggal di Mekah selama lima tahun.
Dari perjumpaan inilah Snouck memperdalam bahasa Melayunya.