Gejolak Harga Cabai dan Emas Dorong Tekanan Daya Beli Warga Mukomuko
Kabag Ekonomi dan SDA Setdakab Mukomuko, Dory Andrio, SE-Radar Utara/ Wahyudi -
MUKOMUKO, RADARUTARA.BACAKORAN.CO – Fluktuasi harga kebutuhan pokok kembali memberi tekanan bagi masyarakat Kabupaten Mukomuko. Sepanjang Oktober 2025, laju inflasi di daerah ini menunjukkan tren peningkatan yang dipicu oleh melonjaknya harga cabai merah serta komoditas emas dan perhiasan yang terus meroket di pasaran.
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setdakab Mukomuko, Dory Andrio, SE, menjelaskan bahwa dua komoditas tersebut menjadi penyumbang utama kenaikan inflasi bulan ini. Menurutnya, kondisi ini perlu diwaspadai karena berdampak langsung terhadap stabilitas ekonomi rumah tangga, khususnya kelompok masyarakat menengah ke bawah.
“Inflasi tahunan saat ini tercatat sebesar 4,46 persen, sementara inflasi bulanan berada di angka 0,11 persen. Untuk inflasi year to date, Mukomuko telah mencapai 3,61 persen, melewati batas ideal yang seharusnya berada di kisaran 1,5 hingga 3,5 persen,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, harga cabai merah kini berada pada kisaran Rp60 ribu hingga Rp65 ribu per kilogram, jauh lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Tidak hanya itu, harga emas juga mengalami lonjakan signifikan, menembus lebih dari Rp2 juta per gram, dari sebelumnya yang masih berada di kisaran Rp1,1 juta per gram.
BACA JUGA:Harga Cabai Merah di Mukomuko Kian Pedas, Tembus Rp80 Ribu per Kilogram
BACA JUGA:Harga Cabai Merah Meroket, Daya Beli Masyarakat Tertekan
Untuk meredam dampak inflasi, Pemerintah Kabupaten Mukomuko telah menjalin kerja sama dengan sejumlah daerah penghasil komoditas seperti Kabupaten Kerinci, Solok, dan Rejang Lebong. Langkah ini dilakukan guna memastikan pasokan tetap tersedia, mengingat produksi lokal belum mampu memenuhi kebutuhan pasar secara optimal.
“Petani kita belum sepenuhnya bisa mencukupi permintaan lokal. Karena itu, kerja sama antar daerah menjadi solusi sementara agar distribusi tetap lancar dan harga tidak semakin melambung,” tambahnya.
Selain itu, pemerintah daerah bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga tengah mempersiapkan berbagai langkah strategis, termasuk pelaksanaan operasi pasar dalam waktu dekat sebagai bentuk intervensi langsung untuk menstabilkan harga.
“Operasi pasar ini merupakan salah satu upaya konkret kami agar masyarakat tetap bisa menjangkau kebutuhan pokok dengan harga wajar,” pungkasnya. (rel)