GUBUK KECIL DAN RINTIK HUJAN

Ilustrasi-FILESKI WALIDHA TANJUNG -

BACA JUGA:Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati

BACA JUGA:PEREMPUAN YANG MENJUAL DIRINYA PADA JARAK

Namun sialnya orang yang memergoki itu punya bukti foto. Dan minta tebusan uang tutup mulut. Agar kasus itu tidak diviralkan. Rakusnya si pemeras, bukan hanya memeras si boss.

Tapi juga memeras Astutik. Pemeras itu minta Astituk yang mengantar uang itu sendiri. Tanpa ada melibatkan orang lain. 

Bagi Harsono, perkara ini bukan hal yang mengejutkan. Karena Harsono sudah lama punya firasat, tentang istrinya yang sering nginap di hotel sama bosnya.

Berhubung Harsono sudah tidak punya rasa cinta sama istrinya. Ia semacam cuek, serahkan saja semua pada yang Maha Kuasa. Namun ia yakin masalah ini adalah bom waktu, tinggal menunggu untuk meledak saja. Benar seperti firasatnya, tadi malam istrinya telepon, menceritakan masalah pelik yang menimpanya. 

BACA JUGA:Anak Sekolah Dasar yang Mati Tak Berdasar

BACA JUGA:Love or Ghosting

"Mas Harsono, besok aku harus menemui orang yang minta tebusan itu. Aku telepon ini tidak minta bantuan uang darimu. Aku bisa menebusnya sendiri dengan uang tabunganku. Aku hanya ingin minta maaf, maafkan aku atas kesalahanku. Aku capek hidup kayak gini. Aku ingin hidup tenang, sama kamu, kembali serumah sama kamu. Maafkan aku mas Harsono." Tutur Astutik dengan penuh penyesalan. 

Harsono merespon dingin. Ia tak merasa sedih, tak merasa kecewa atas kelakuan istrinya yang selingkuh. Dia justru khawatir, kalau misalkan kembali satu rumah dengan istrinya, hidupnya tidak tentram lagi, sering tengkar lagi seperti dulu. 

Sehingga ia hanya mengucap kalimat yang dingin saja. Intinya memaafkan kesalahan istrinya dan mendoakan semoga masalah ini bisa membawa kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Ia berbicara pada istrinya seolah sebagai seorang brahmana kepada umatnya. Tanpa emosi, tanpa kemarahan sedikitpun. 

BACA JUGA:ULAR BERWUJUD MANUSIA

BACA JUGA:JODOHMU ADALAH SIAPA DIRIMU

Senja mulai tenggelam, sang surya tampak jingga dan semakin meredup. Ia mencium bau tak sedap yang semakin menyengat.

Benar-benar limbah pabrik ini merusak satu-satunya tempat favoritnya. Ia langsung berdiri dari tempat duduknya. Dari kejauhan, dengan sisa-sisa cahaya temaram.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan