2 Bulan Terakhir, 865 Ekor Hewan Ternak Terpapar Penyakit Ngorok
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu, drh. Indah Permatasari-Radar Kepahiang-
BENGKULU RU - Sebanyak 865 ekor hewan ternak jenis sapi dan kerbau di tiga kabupaten di Provinsi Bengkulu, terjangkit Septicaemia Epizootica (SE) / Haemorraghic Septecaemia (HS) atau penyakit ngorok.
Jumlah hewan ternak yang terjangkit penyakit ngorok tersebut, terjadi dalam kurun waktu dua bulan terakhir tepatnya di Kabupaten Kaur, bengkulu Selatan dan Kepahiang.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu, drh. Indah Permatasari mengaku, data tersebut hingga Rabu 23 Oktober 2024.
"Paling banyak terjadi di Kabupaten Kaur, yakni 764 ekor dengan rincian 550 ekor kerbau dan 214 ekor sapi," ungkap Indah.
BACA JUGA:Tertibkan Hewan Ternak di KTM Lagita, Pemilik Didealine 1 Bulan
BACA JUGA:Sapi Mati Dicurigai Jembrana, Puskeswan Lakukan Langkah Ini
Kemudian, lanjut Indah, di Kabupaten Bengkulu Selatan terdapat 100 ekor, dengan rincian 93 ekor sapi dan 7 ekor kerbau. Sedangkan di Kepahiang baru terdata 1 ekor jenis kerbau.
"Hanya saja dari total jumlah hewan yang terjangkit atau tertular penyakit ngorok tersebut, yang tercatat mengalami kematian baru sebanyak 177 ekor," papar Indah.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bengkulu, drh. Yeni Misra menyatakan, untuk menekan penyebaran penyakit ngorok pada hewan, masyarakat harus melakukan langkah cepat.
"Diantaranya dengan memberikan vaksin herwan ternaknya, serta melakukan penanganan-penanganan yang tepat," jelas Yeni.
BACA JUGA:Tertibkan Hewan Ternak di KTM Lagita, Pemilik Didealine 1 Bulan
BACA JUGA:Sapi Mati Dicurigai Jembrana, Puskeswan Lakukan Langkah Ini
Yeni menambahkan, gejala penyakit ngorok ini bisa dideteksi sejak dini. Diantaranya hewan ternak malas makan, hidung beringus, perutnya kembung dan disertai suara ngorok.
"Jika mendapati kondisi tersebut pada hewan ternak, maka masyarakat harus langsung melakukan penanganan dengan mengobatinya. Karena penyakit ini menular, hewan ternak yang terjangkit harus segera dipisahkan dengan yang lain," ujar Indah.