komitmen Indonesia Menuju Masa Depan Energi Hijau
Penerapan Biodiesel B40 memiliki dampak besar dalam mendukung komitmen Indonesia terhadap pengurangan emisi karbon, serta mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. -ESDM-
Bahkan, menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, penerapan B40 berpotensi mengurangi impor solar hingga mencapai Rp404,32 triliun, sebuah pencapaian besar dalam menjaga stabilitas devisa negara.
Di sisi lain, pengembangan dan produksi biodiesel dari minyak kelapa sawit menciptakan lapangan kerja di sepanjang rantai pasokan, mulai dari perkebunan hingga industri olahan.
Ini memberikan keuntungan ekonomi terutama bagi petani sawit dan pekerja di sektor energi baru dan terbarukan. Biodiesel B40 juga membantu Indonesia mencapai target Net Zero Emission dan memperkuat posisinya dalam perjanjian Paris Agreement.
BACA JUGA:RI-Jerman Perkuat Kerja Sama Energi Terbarukan
BACA JUGA:PLN Terus Kembangkan Hidrogen untuk Energi Baru Masa Depan
Implementasi Biodiesel B40
Langkah untuk mengimplementasikan B40 tidak berhenti pada kebijakan semata. Pemerintah bersama pemangku kepentingan di sektor itu cukup serius melakukan uji coba teknis penggunaan BBN di pelbagai sektor.
Salah satu uji coba yang berhasil dilakukan adalah di sektor transportasi, seperti penggunaan biodiesel pada kereta api di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, yang menunjukkan hasil positif.
Selain itu, alat pertanian (alsintan) dan pembangkit listrik juga menjadi target implementasi B40, terutama di Balikpapan, Kalimantan Timur, yang membutuhkan energi dalam jumlah besar.
BACA JUGA:Pemerintah Atur Strategi Tekan Emisi dari Sumber Energi Bersih
BACA JUGA: Menko Marves Tekankan Pentingnya Transisi Energi Berkeadilan dan Pengembangan Industri Hijau
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menekankan bahwa kesiapan penerapan B40 sudah diujicobakan melalui serangkaian tes teknis, termasuk peningkatan kapasitas produksi biodiesel.
“Pemerintah menargetkan penggunaan 16 juta kiloliter biodiesel B40 pada 2025 untuk mendukung kebutuhan energi nasional,” ujarnya, dalam satu kesempatan di Kementerian ESDM, belum lama ini.
Kesuksesan implementasi Biodiesel B35 pada 2023 menjadi fondasi kuat untuk mengembangkan B40. Dengan penyaluran biodiesel B35 yang mencapai 12,15 juta kiloliter, Indonesia berhasil menghemat devisa hingga Rp161 triliun.
Program ini juga memberikan kontribusi besar dalam stabilitas harga minyak kelapa sawit, yang berdampak langsung pada kesejahteraan petani sawit. Tauhid Ahmad, Ekonom Senior dari Indef, menegaskan bahwa program biodiesel mampu meningkatkan harga CPO di pasar internasional, menguntungkan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia.
BACA JUGA:Indonesia Siap Pensiunkan PLTU Batu Bara: Tantangan dan Peluang Menuju Energi Bersih