Ketika pendapatan menurun dan utang tetap, individu dan perusahaan bisa mengalami kesulitan dalam membayar utang mereka.
Jika dilihat dari penyebabnya, inflasi biasanya disebabkan oleh peningkatan permintaan (demand-pull inflation) atau peningkatan biaya (cost-push inflation).
Sedangkan deflasi biasanya disebabkan oleh penurunan permintaan agregat, kelebihan kapasitas produksi, atau kebijakan moneter yang ketat.
Inflasi sendiri dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan ketidakpastian bagi para pelaku ekonomi
BACA JUGA:Inflasi Terkendali, Pertumbuhan Ekonomi Diklaim Membaik
BACA JUGA:Inflasi di Bengkulu Kembali ke Posisi Ideal
Sedangkan deflasi dapat menyebabkan resesi berkepanjangan karena penurunan permintaan yang berkelanjutan.
Untuk mengatasi inflasi, bank sentral sering kali menaikkan suku bunga dan menerapkan kebijakan moneter ketat.
Sebaliknya, untuk mengatasi deflasi, bank sentral cenderung menurunkan suku bunga dan menerapkan kebijakan moneter longgar untuk mendorong pengeluaran dan investasi.
Baik inflasi maupun deflasi memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian.
Sementara inflasi dapat merugikan daya beli masyarakat dan menciptakan ketidakpastian, deflasi dapat menyebabkan resesi yang berkepanjangan dan meningkatnya beban utang.
BACA JUGA:Bulan Agustus, Angka Inflasi di Mukomuko Naik Menjadi 2,44 Persen
BACA JUGA:Angka Inflasi di Mukomuko 2,39 Persen, Dibawah Angka Inflasi Nasional
Pemahaman tentang kedua fenomena ini sangat penting bagi pembuat kebijakan, investor, dan masyarakat umum untuk dapat mengambil langkah yang tepat dalam menghadapi perubahan ekonomi.
Dengan pengetahuan yang tepat, kita bisa lebih siap menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh fluktuasi harga di pasar. (*)