“Sebagian besar hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa kualitas air yang buruk mencakup sumber air minum unimproved berkaitan dengan peningkatan stunting pada balita. Hal ini terjadi karena air mengandung mikroorganisme patogen dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan anak mengalami penyakit diare yang menyebabkan environmental enteric dysfunction,” jelasnya.
BACA JUGA:Dinas Kesehatan Cek Kualitas Air Minum Isi Ulang di Mukomuko
BACA JUGA:Kolaborasi Pemerintah dan Swasta untuk Akses Air Minum Bersih di 2045
Untuk itu, kata Bustam perlu dilakukan survailans kualitas air minum rumah tangga sebagai upaya minimalisasi kejadian penyakit berbasis lingkungan.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk bijak menggunakan air tanah dan menjaga kualitasnya dengan menghentikan praktik buang air besar sembarangan di tempat terbuka dan terselubung.
“Selalu jaga dan sediakan akses air minum yang berkualitas sampai dengan point of use baik di rumah tangga maupun seluruh sasaran tempat fasilitas umum dan yang lainnya," pungkasnya. (*)