Komitmen Membangun Ekosistem AI di Indonesia untuk 2030, Potensi dan Tantangan

Kamis 29 Aug 2024 - 20:23 WIB
Reporter : Wahyudi Ndut
Editor : Ependi

Meskipun jumlah lulusan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terus meningkat, permintaan akan talenta di bidang teknologi informasi tumbuh lebih cepat daripada ketersediaannya. Untuk itu, pemerintah mendorong inisiatif pengembangan talenta digital melalui program seperti “Program Literasi Digital Nasional Indonesia Makin Cakap Digital.”

Demi mendukung transformasi digital dan pengembangan AI, pemerintah telah merumuskan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045 sebagai pedoman kebijakan nasional untuk teknologi AI.

BACA JUGA:Perempuan Pelaku UMKM Didorong Manfaatkan Teknologi Digital

BACA JUGA:Komitmen Pemerintah Indonesia Memacu Ekonomi Daerah lewat Penguasaan Teknologi

Pada Desember 2023, pemerintah juga meluncurkan Strategi Nasional Ekonomi Digital dengan salah satu pilar utama yang berfokus pada riset, inovasi, dan pengembangan ekosistem AI di Indonesia.

Untuk memastikan pemanfaatan AI yang seimbang dan bertanggung jawab, pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Etika Kecerdasan Artifisial.

Selain itu, anggaran tematik "Pembangunan Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi" sebesar Rp400,3 triliun telah dimasukkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.

Fokus utama dari anggaran TIK ini adalah penyediaan akses internet di 36.830 lokasi layanan publik dan operasional satelit multifungsi SATRIA-1 dengan kapasitas 150 Gbps.

BACA JUGA:PDB Triwulan II-2024 Melonjak: Industri Pengolahan Jadi Motor Ekonomi

BACA JUGA:Investasi dan Penggunaan Produk Lokal Dorong Industri Surya Nasional

Potensi pasar yang besar di Indonesia juga menarik perhatian perusahaan telekomunikasi global, termasuk Starlink milik Elon Musk.

Perusahaan asal AS ini telah memasuki pasar Indonesia dan menurunkan harga perangkat kerasnya hingga 50 persen menjadi Rp3,9 juta untuk mendapatkan penerimaan di pasar lokal.

Meskipun harga ini jauh lebih rendah dibandingkan harga awal Rp7,8 juta, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) mengingatkan bahwa penurunan harga tersebut merupakan strategi pemasaran untuk mempercepat penetrasi Starlink di Indonesia.

APJII tetap waspada terhadap potensi praktik predatory pricing yang dapat merugikan bisnis penyedia layanan internet (ISP) lokal.

BACA JUGA: Kawasan Industri Terpadu Batang Semakin Menggeliat

BACA JUGA:Industri Kelapa Indonesia, dari Kebun Rakyat hingga Pasar Dunia

Kategori :