Tata Ulang Perniagaan Gas Tabung Melon

Senin 20 Nov 2023 - 20:36 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Sejak diluncurkan pada 2007, gas tabung hijau bertulis elpiji (LPG/liquified petroleum gas) tiga kilogram (kg) atau yang dikenal sebagai tabung melon, sedianya ditujukan untuk konsumen bawah alias gas bersubsidi. Namun, nyatanya banyak dinikmati masyarakat kalangan atas. Maklum, harganya sangat terjangkau, yakni berada di kisaran Rp19 ribu per tabung bila beli di pangkalan atau Rp23 ribu di tingkat eceran. Harga itu jauh lebih murah dibandingkan tabung 12 kg nonsubsidi yang sudah di atas Rp200 ribu. 

Berdasarkan temuan di lapangan oleh tim ESDM dan aparat kepolisian, terdapat sejumlah modus yang biasa terjadi dalam penyelewengan subsidi elpiji 3 kg. Di antaranya, penimbunan, penjualan melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah daerah oleh subpenyalur, penjualan/pengangkutan LPG 3 kg ke wilayah yang bukan wilayah distribusi, serta kegiatan pengangkutan LPG 3 kg menggunakan kendaraan yang tidak terdaftar di penyalur.

 

Menangkal Kebocoran

Agar kebocoran tidak makin menjadi-jadi, pemerintah melalui Pertamina tengah melakukan tata ulang. Yakni, dilakukan pendataan pembeli dengan cara mencatat data Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan mencocokannya lewat data kemiskinan.

Dalam catatan Pertamina, konsumsi tabung gas elpijii tiga kilogram terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Per Agustus 2023, realisasi subsidi elpiji sudah mencapai 5,39 juta ton atau melebih dari target 5,34 juta ton. Adapun prediksi pada akhir tahun, realisasi mencapai 8,28 juta ton atau lebih dari target 8 juta ton.  

Jumlah permintaan tersebut semakin bertambah sejalan dengan aktivitas ekonomi masyarakat yang juga tumbuh. Namun tren peningkatan ini juga mengirimkan sebuah sinyal negatif. Jika tidak dikendalikan, subsidi akan terus meningkat dan memberikan beban buat Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Meningkatnya angka realisasi gas elpiji ditengarai  tidak semua murni digunakan oleh mereka yang berhak. Justru terdapat kebocoran-kebocoran yang disinyalir masih terjadi. Data yang diungkap Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mensinyalir ada 1,5 juta ton elpiji subsidi yang 'bocor' alias ke luar dari distribusi resmi sampai ke pengecer.

BACA JUGA:Menjaga Industri Jasa Keuangan Tetap Stabil

Oleh karena itu, ESDM akan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi beragam kebocoran tersebut sehingga elpiji benar-benar sampai ke mereka yang membutuhkan. "Yang perlu diingat barang subsidi tidak boleh diperjualkan secara bebas," ujar Menteri ESDM di Jakarta. 

 

Konversi Minyak Tanah

Pemakaian tabung elpiji 3 kg bermula dari  konversi pemakaian minyak tanah pada 2007. Program konversi ini bertujuan buat meringankan keuangan negara. Menurut catatan Pertamina, program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg ini telah memberikan penghematan subsidi hingga Rp21,38 triliun dalam kurun waktu 2007 hingga 2010.

Hanya saja dalam perjalanannya, permintaan gas elpiji bersubsidi terus bertambah. Rata-rata peningkatan menurut laporan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), kenaikannya sebesar 34,7 persen setiap tahun.

Sementara itu, produksi dalam negeri cenderung stagnan dan bahkan turun. Akibatnya, Indonesia harus mengimpor pasokan gas dari negara lain sehingga berdampak kepada beban belanja negara. 

Tengok saja data produksi gas nasional pada 2011. Saat itu produksi gas nasional mencapai 2,29 juta ton, dengan angka penjualan 4,45 juta ton. Sisa kekurangan melalui impor sebesar 1,99 juta ton.

Sepuluh tahun kemudian, pada 2022 jumlah produksi bukan naik justru turun, hanya tercatat di kisaran 1,99 juta ton. Sementara itu, penjualan sudah meroket hingga 8,56 juta ton. Angka kebutuhan impor pun melonjak sampai 6,74 juta ton. 

Inilah juga yang menjadi alasan mengapa subsidi tabung gas 3 kg menjadi kontributor terbesar dalam anggaran subsidi energi mencapai Rp117,85 triliun. Belum lagi dengan harga jual eceran elpiji 3 kg yang tak pernah naik. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat memberikan keterangan pers APBN KITA, Rabu (25/10/2023), mengungkapkan bahwa realisasi subsidi 3 kg per Oktober 2023 mencapai Rp46,5 triliun. Artinya tiap bulan keluar dana Rp5,2 triliun agar masyarakat bisa memasak dengan elpiji 3 kg dengan harga terjangkau dan belum diubah meski harga minyak dan gas dunia alami perubahan.

Salah satu cara yang dinilai efektif  untuk mengendalikan subsidi energi adalah dengan memastikan bahwa pembeli adalah mereka yang memang berhak (subsidi tertutup).  Berdasarkan grand design yang disusun, sejak 1 Maret 2023, Kementerian ESDM dan PT Pertamina (Persero) telah melakukan registrasi atau pendataan konsumen pengguna LPG 3 kg, sebagai bagian dari Program Pendistribusian LPG 3 kg Tepat Sasaran. 

Per 1 Januari 2024 nanti hanya konsumen terdaftar yang boleh membeli. Konsumen terdaftar dimaksud adalah mereka yang masuk dalam data Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE). 

Sumber : Indonesia.go.id

Kategori :