Menggores Aksara Di Pusara Rumah Ayah

Sabtu 20 Jul 2024 - 20:15 WIB
Reporter : redaksi
Editor : Ependi

Cerpen : Khaerul Majdi

Di saat seorang anak semakin meremaja, ada setitik sendu yang membuatnya berfikir kembali tentang betapa riuhnya suasana kehidupan. 

Di saat rerumputan mungil menari-nari diterpa angin sepoi dari barat terdapat pula tubuh anak manusia yang sedang diterjang gelombang kepenatan. 

Musim penghujan di permulaan tahun seperti memberi arti akan  sebuah rintihan tangis dari dua mata yang menggumpal seperti bola-bola liar yang hampa arah. 

Rintikan hujan di bulan Januari telah menghapus jejak air mata yang mengalir di atas bentangan daging yang tirus dari anak remaja yang telah terbiasa dirawat untuk  merasakan kehilangan, kehilangan yang melemparnya ke seberang lautan kerinduan.

BACA JUGA:Kotak Rahasia Jessy

BACA JUGA:Selamat dan Turut Memperingati Hari Bhakti ke 64, Tahukan Kamu Apa Adhyaksa.?

Pada paruh waktu yang tersisa itu, sampailah Dia pada gerbang besi tak berkunci di pekarangan jasad-jasad tanpa ruh yang berada di utara perbukitan tandus dan berbatu nestapa. 

Dibukalah pintu gerbang kiri secara perlahan sebari mengucapkan salam sahdu kepada mereka yang telah tiada. Kepada mereka yang telah meninggalkan keluarga serta sanak-saudara mereka. 

Hela-hela nafas terpaut oleh langkah kaki yang bergantian menuju kerangka iba. Di antara hela-hela nafas dan langkah kakinya terpatri sebuah harap, akankah ruh seorang ayah kembali sejenak untuk melihat kepenatan yang terpancar dari rupa dan raga anaknya yang sebentar lagi menjenguknya? 

Sesampainya di antara petak-petak pekarangan rumah tak beratap itu, Dia menengok-nengok secara perlahan letak rumah ayahnya yang telah meninggalkannya bertahun-tahun lamanya. 

BACA JUGA:Sangat Jarang Sekali Diketahui, Ternyata Daun Afrika Mampu Mengatasi Berbagai Penyakit

BACA JUGA:6 Browser Android Terbaik dan Terpopuler, Apakah Salah Satunya Anda Gunakan?

Dia tidak sedang lupa arah jalan menuju rumah ayahnya. Hanya saja rerumputan liar tak bertuan telah tumbuh di atas rumah-rumah mereka hingga pandangannya sedikit terganggu untuk menatap secara jelas rumah ayahnya yang tak terjaga setiap hari. 

Dia menyela-nyela rerumputan liar sambil memandang ke arah lempeng batu bertuliskan nama. Nama-nama yang mereka tinggalkan untuk keluarga dan sanak-saudara mereka. 

Kategori :

Terkait

Sabtu 16 Nov 2024 - 20:27 WIB

FATAMORGANA BRAVIA MANJIA

Sabtu 02 Nov 2024 - 20:06 WIB

LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN

Sabtu 26 Oct 2024 - 19:39 WIB

Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular

Minggu 15 Sep 2024 - 19:31 WIB

DI NEGERI PARA PESOLEK

Sabtu 14 Sep 2024 - 21:06 WIB

Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati