Jika semua rencana ini terealisasi dengan baik, Indonesia berpotensi masuk dalam kelompok lima besar produsen jagung dunia. Saat ini, lima produsen jagung terbesar adalah Amerika Serikat (381,78 juta ton), Tiongkok (252,1 juta ton), Brazil (81,91 juta ton), Argentina (39,92 juta ton), dan Ukraina (28,07 juta ton).
BACA JUGA:Tahukah Kalian, Ternyata Buah Labu Kuning Menyimpan Berbagai Manfaat Bagi Kesehatan Tubuh Kita
BACA JUGA:Ternyata Gingseng Jawa Menyimpan Berbagai Manfaat Kesehatan Untuk Tubuh Kita
Dalam satu kesempatan, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan beberapa kebijakan dan program pemerintah untuk meningkatkan produksi jagung nasional, termasuk pemenuhan kebutuhan alsintan untuk percepatan olah tanah, tanam, dan panen, serta penyediaan silo dan dryer di sentra produsen atau mobile dryer untuk wilayah terpencil.
Setiap tahunnya, sentra produksi jagung menghasilkan jutaan ton limbah berupa tongkol dan jerami. Limbah ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber polusi lingkungan yang serius.
Namun, dengan pendekatan yang tepat, limbah ini dapat diubah menjadi bahan baku yang berharga untuk produksi energi biomassa.
Selama ini, terutama pascapanen, tongkol dan jerami sering dianggap sebagai limbah dan dibakar di lapangan, menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berbahaya. Kini, limbah jagung dapat dioptimalkan menjadi biomassa untuk menghasilkan bahan bakar atau bahan kimia lainnya.
BACA JUGA:Sembilan Manfaat Mengkonsumsi Bunga Kecombrang, Untuk Kesehatan Tubuh Kita
BACA JUGA:Bukan Sekedar Minuman Biasa! Ini 7 Jenis Jus Atasi Jerawat Di Wajah
Memanfaatkan limbah produksi jagung sebagai bahan biomassa adalah langkah progresif menuju pertanian berkelanjutan dan pengurangan jejak karbon global.
Selain itu, limbah ini dapat dioptimalkan untuk mendukung keberlanjutan energi dengan memproduksi bioenergi seperti bioetanol atau sebagai bahan bakar alternatif.
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui anak usahanya PLN Nusantara Power telah mengimplementasikan produksi bioenergi. Bersama Pemerintah Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, limbah produksi jagung dimanfaatkan sebagai bahan biomassa untuk co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya, yang sebelumnya menggunakan sawdust dan woodchip.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan komitmen PLN untuk menghadirkan energi bersih demi tercapainya Net Zero Emissions (NZE).
BACA JUGA:Anggaran 167,8 Miliar di Balik 2 Lelang Jabatan
BACA JUGA:Memahami Disertasi Soal Pemberantasan Korupsi Melalui Prinsip Ultimum Remedium Milik Bendum Nasdem
"PLN terus meningkatkan bauran energi hijau dalam penyediaan listrik nasional. Penerapan co-firing biomassa menjadi solusi cepat dalam mengurangi emisi karbon dan peningkatan bauran energi baru terbarukan, karena tidak perlu membangun pembangkit baru," kata Darmawan.