Mengapa Jumlah Perokok Remaja di Indonesia Terus Bertambah?

Minggu 30 Jun 2024 - 00:21 WIB
Reporter : Debi Susanto
Editor : Ependi

Berhenti merokok juga mengurangi risiko penyakit jantung dan meningkatkan indera perasa dan penciuman.

Dampaknya, orang yang berhenti merokok dapat lebih menikmati aroma dan bau lebih jelas.

Umumnya, napsu makan menjadi meningkat dan dapat menjalani pola hidup lebih sehat.

BACA JUGA:Kemendikbudristek Sediakan Beasiswa Untuk Masyarakat Non Pegawai, Pegawai, Penyandang Disabilitas, Ini Tahapan

 BACA JUGA:Bisa Picu Kanker, Bromat Lebih Bahaya dari BPA

Rumah Sakit Rujukan

Selanjutnya, berhenti merokok membuat kulit lebih sehat dan mengurangi kulit kusam, sistem kekebalan tubuh menjadi meningkat dan kesehatan mental menjadi lebih baik.

Orang-orang yang kesusahan menghentikan kebiasaan merokok dapat memanfaatkan layanan konsultasi dengan psikiater dan ahli kesehatan jiwa di klinik berhenti merokok di rumah sakit maupun saluran konsultasi yang lain.

Mereka disarankan untuk berkonsultasi ke rumah sakit-rumah sakit yang menyediakan layanan pemeriksaan paru.

BACA JUGA:Digitalisasi Pendidikan Percepat Capaian Merdeka Belajar

BACA JUGA:Sabtu, 22 Juni Bagi Rapot, Libur Panjang, Masuk Sekolah Lagi Senin, 15 Juli 2024

Kemenkes sendiri mengelola tiga rumah sakit khusus paru. Pertama adalah Rumah Sakit (RS) Paru Dr HA Rotinsulu yang terletak di Jl Bukit Jarian nomor 40, Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat.

Rumah sakit ini telah ada sejak tahun 1935 sebagai Sanatorium Solsana-Cipaganti dan merawat penderita paru khususnya tuberkulosis hingga sembuh.

Masa perawatan hingga sembuh saat itu rata-rata 3 tahun. Pakar paru Hendrik Alexander Rotinsulu menjadi pimpinan pribumi pertama di sanatorium tersebut pada 1963.

Pada 26 Februari 2004 pemerintah mengganti nama rumah sakit ini menjadi RS Dr HA Rotinsulu dan menjadi rujukan nasional penyakit paru.

BACA JUGA:IDAI Soroti Pandemi Penyakit Tidak Menular Pada Anak

Kategori :