Pekerja setengah pengangguran ini, masih menjadi pekerjaan lain setelah beraktivitas pada pekerjaan utamanya.
Jika mencermati pendataan yang dilakukan BPS, didapati hitung-hitungan setiap 100 penduduk yang bekerjaa, terdapat tujuh orang yang masuk dalam kategori setengah pengangguran.
BACA JUGA:Macet Jalur Lintas Bengkulu Makin Parah, Antre Mengular Hingga 3 Jam
BACA JUGA:D'Bagindas Guncang Alun-alun Rajo Malim Paduko Arga Makmur, Bius Ribuan Penonton
Secara kumulatif angkanya mencapai 6,91 persen. Mereka yang masuk dalam kategori ini, didominasi oleh laki-laki dengan 7,16 persen. Sedangkan perempuan 6,53 persen.
Pagebluk Covid-19, masih mewarnai lansiran data BPS. Dengan tingkat pengangguran terbuka atau TPT sebanyak 5,45 persen.
Terungkap sebanyak 3,60 juta orang (1,70 persen) penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19.
Paparan tingkat pengangguran itu terdiri dari pengangguran lantaran Covid-19 sebanyak 0,20 juta orang;
Kemudian dari klaster Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 sebanyak 0,26 juta orang;
BACA JUGA:Kabar Baru Soal STY di Timnas Indonesia
BACA JUGA:Burung Pleci Salvadori Enggano Jadi Maskot Pilkada Bengkulu Utara, Ini Filosofihnya?
Sementara tidak bekerja karena Covid-19 sebanyak 0,07 juta orang). Alih-alih Work From Home atau WFH berimplikasi pada pengurangan jam kerja terjadi pada 3,07 juta orang.
Ada hal yang terbilang menarik dalam lansiran data BPS ini. Adalah tingkat pengguran terbuka, justru terjadi di kalangan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK.
Sekolah yang didesain adaptif dengan kebutuhan kerja serta memiliki kecapakan tersendiri dibandingkan dengan lulusan sederajat.
Dari 146,62 juta orang angkatan kerja, diketahui SMK menjadi pemuncak data yang menempati pengangguran terbuka dengan 9,60.
Mirisnya, SMK "konsisten" menjadi penyumbang pengangguran terbuka dalam kurun waktu pendataan 3 tahun terakhir. (*)