Bahkan ketika memasuki musim kemarau manakala aliran air di daerah ini mulai mengecil, debit Tuk Serco tetap mengucur deras.
BACA JUGA:Rp2 Miliar Dana BTT Mukomuko Masih Utuh
BACA JUGA:Puluhan Anak Menikah di Bawah Umur
Selain dipakai untuk bahan baku air bersih warga dan fasilitas umum seperti sekolah dan rumah ibadah, Tuk Serco juga menjadi andalan irigasi lahan persawahan setempat.
Sejumlah aturan pun dibuat agar aliran air Tuk Serco dapat terdistribusi merata ke persawahan penduduk tanpa menimbulkan konflik.
Misalnya pembagian aliran air harus melibatkan tokoh masyarakat yang dituakan dibarengi pengawasan bersama oleh seluruh pemilik lahan.
Untuk menjaga agar air Tuk Serco tidak tercemar, masyarakat akhirnya bersepakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar mata air, menggelar ritual secara rutin, dan tidak mengubah titik aliran air.
BACA JUGA:Puluhan Anak Menikah di Bawah Umur
BACA JUGA:Tekan Angka Kemiskinan Melalui Program KB
Penduduk juga diminta untuk tidak membersihkan peralatan makan minum dan alat-alat dapur di kolam mata air karena dapat mencemari Tuk Serco.
Tidak membuang sampah ke aliran Tuk Serco, dan tidak mendirikan bangunan baik permanen maupun semipermanen di sekitar aliran air.
Masyarakat Dusun Ngijo juga masih menjaga ritual-ritual khusus untuk kelancaran debit air Tuk Serco seperti nyadran yakni menggelar doa sambil membawa sesaji.
Mereka memohon kepada Sang Pencipta agar Tuk Serco selalu mengalirkan air bagi masyarakat sekitar. Tradisi ini digelar tiap tahun sebelum memasuki Ramadan.
BACA JUGA:Jembatan Gantung Suka Pindah Tuntas Diperbaiki, Mobil Truk Jangan Over Tonase
Secara rutin masyarakat merawat saluran dan pipa-pipa paralon yang mengalirkan air Tuk Serco sembari mengecek kondisi hutan perbukitan di belakang desa yang menjadi lumbung pasokan mata air bagi Tuk Serco. Mereka melakukannya secara sukarela karena tak ingin kehilangan manfaat besar dari mata air spesial di kaki lereng Ungaran. (*)