BACA JUGA:Industri Hijau Jadi Standar Pembangunan Berkelanjutan
Sementara itu QRIS crossborder alias implementasi transaksi rupiah atau local currency transaction (LCS) juga tercatat meningkat lebih dari 34 persen (yoy) sepanjang April 2024.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menuturkan, peningkatan tersebut terjadi apabila membandingkan dengan tahun sebelumnya di mana transaksi rupiah di sejumlah negara menggunakan QRIS senilai USD639,6 juta.
“Secara year to date (ytd) Januari hingga April, LCS mencapai USD2,95 miliar. Ini peningkatan 166 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” jelasnya.
Destry juga menyampaikan, ada peningkatan jumlah pelaku transaksi yang per April yang mencapai jumlah 3.750 pelaku. Itu meningkat dari Maret, yang baru berada di angka 2.602 pelaku.
BACA JUGA:Komitmen Pemerintah Indonesia Memacu Ekonomi Daerah lewat Penguasaan Teknologi
BACA JUGA:Daya Saing Indonesia Naik 7 Peringkat ke Posisi 27 Dunia
“Jadi, berbagai upaya dilakukan BI agar kita bisa terus menarik dana asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar,” tuturnya.
Adapun, masih pada April 2024, transaksi BI-RTGS meningkat 18,65 persen (yoy) mencapai Rp13.112,22 triliun. Transaksi BI-FAST tumbuh 56,70 persen (yoy) sehingga mencapai Rp612,90 triliun.
Untuk nominal transaksi digital banking tercatat Rp5.340,92 triliun atau tumbuh sebesar 19,08 persen (yoy) dan nominal transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 33,99 persen (yoy) sehingga mencapai Rp90,44 triliun.
Harapannya, penggunaan QRIS semakin meluas, bahkan bisa diaplikasikan di semua sektor. Yang terpenting alat pembayaran itu mengandung sifat cepat, mudah, murah, dan aman. (*)
Sumber Indonesia.go.id