Bahkan pabrik semen pertama di Asia Tenggara. Kontribusinya bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia maupun masyarakat Sumatra Barat merentang sejak era kolonial hingga Orde Baru. Sebagai perintis industri semen nasional.
BACA JUGA:Pelajaran Penting dari Upaya Raja Mataram Menggebuk VOC Agar Hengkang dari Nusantara
BACA JUGA:Jarang Diketahui, Ternyata Daun Pandan Mampu Mengobati Berbagai Penyakit di Tubuh Kita
Kawasan pabrik itu berjarak 14 kilometer dari pusat Kota Padang, tepatnya berada di Kecamatan Lubuk Kilangan. Pabrik tersebut masuk kawasan PT Semen Padang.
Merujuk pada situs Semen Padang, pabrik tersebut didirikan oleh Belanda pada 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM).
Kemudian, perusahaan sepenuhnya menjadi milik Indonesia sesuai amanat Undang Undang No 86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi. Dalam UU ini ditegaskan bahwa semua perusahaan milik Belanda diserahkan kepada Indonesia.
Pabrik legendaris tersebut dibangun oleh perwira Belanda berkebangsaan Jerman Carl Christophus Lau. Ide pendiriannya berawal dari penemuan batu-batu menarik oleh Lau di sekitar kota Padang. Lalu, CC Lau mengajukan pendirian pabrik semen di Indarung.
BACA JUGA:Sering Ditanya, Kopi Pahit Apa Kopi Manis? Mana yang Baik Untuk Kesehatan? Ini jawabannya...
BACA JUGA:Jurnalis Miliki Peran Penting Dalam Perlindungan Lingkungan
Lantas, dalam proses pendiriannya, Christophus Lau menggandeng sejumlah perusahaan untuk bermitra, yakni Firma Gebroeders Veth, Fa.Dunlop, dan Fa.Varman & Soon, pada 18 Maret 1910.
NV NIPCM didirikan dengan akta notaris Johannes Pieder Smidth di Amsterdam. Awal berdirinya, NV NIPCM berkantor pusat di Prins Hendrikkade 123, Amsterdam. Kota Padang sebagai kantor cabangnya.
Sementara itu, sejarawan Mestika Zed dan kawan-kawan menulis dalam buku yang berjudul Indarung Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia, bahwa pabrik semen di Indarung ini menjadi tonggak sejarah industri besar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Legalitas perusahaan semen itu berdasarkan "Koninklijke Bewilliging", pada 8 April 1910.
Klin pertama, pabrik tersebut dapat memproduksi 76,5 ton per hari. Pada 1939, menjelang Perang Dunia II, pabrik ini mampu produksi 170.000 ton setahun, merupakan produksi tertinggi di kala itu.
BACA JUGA:Resmikan 2 Pasar, Ketesedian Kebutuhan Aman dan Harga Stabil
BACA JUGA:Ini Motor Alih Fungsi Lahan Pertanian yang Sulit Dihalau
Waktu itu, pabrik ini memiliki kapasitas terpasang 210.000 ton, tulis Mestika. Setelah nasionalisasi 1958, produksi Indarung I meningkat hingga 330.000 ton per tahun.