Tidak kurang akal, Belanda yang licik dan kadung memiliki kekuatan fiskal saat itu, lantaran menguasa sektor-sektor stregetis yakni ekonomi dan politik, turut diperkuat oleh bala tentara bayaran.
Dalam laporan itu, tentara bayaran Belanda ini berasal dari Jepang, Cina, India dan dari Pulau Jawa, berjibaku dalam peperangan.
Mataram yang dalam posisi mengandun, kian lemah, lantaran keterbasan pasokan perbekalan yang kian menipis. Logistik ini sangat penting, dalam peperangan. Apalagi, belasan ribu prajurit diterjunkan.
BACA JUGA:Jarang Diketahui, Ternyata Daun Pandan Mampu Mengobati Berbagai Penyakit di Tubuh Kita
BACA JUGA:Sering Ditanya, Kopi Pahit Apa Kopi Manis? Mana yang Baik Untuk Kesehatan? Ini jawabannya...
Kelemahan di sektor logistik pun, memaksa Mataram dipukul mundur Belanda. Panglima perang Mataram bersama dengan prajurit dan armada yang terisisa, balik kanan ke Mataram.
Tapi, hasil itu pun justru kian membuat Raja Mataram murka. Sanksi tegas pun dijatuhkan kepada serdadu yang kembali ke markas Mataram.
Saking marahnya, Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Madurareja bersama dengan ratusan prajurit dihukum mati dengan cara dipenggal.
Berbekal pengalaman perang kali pertama, Mataram kembali melakukan ekspansi bersenjatanya kali kedua ke Batavia pada tahun 1629.
BACA JUGA:Jurnalis Miliki Peran Penting Dalam Perlindungan Lingkungan
BACA JUGA:Resmikan 2 Pasar, Ketesedian Kebutuhan Aman dan Harga Stabil
Serbuan Mataram kali kedua terhadap VOC di Batavia dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Keduanya membawahi tidak kurang dari 80 ribu prajurit. Maka dalam serangan kedua ini, mataram melancarkan aksi yang lebih besar, nyaris 8 kali lipat.
Jauh sebelum itu, Mataram lebih dulu membangun lumbung pangan yang didirikan di wilayah Tegal dan Cirebon. Selain turut membangun gudang persenjataan yang lebih mumpuni lagi, dari pada serangan pertama yang gagal. Yang para serdadu hidupnya lantas dipenggal itu.
Pertempuran kedua ini, nyaris saja membawa kemenangan di pihak Mataram. Belanda saat itu, sudah sempat kuwahalan. Tapi, dari seteru kedua ini menyiratkan pentingnya kerja kontijensi yang lebih matang dan tidak bisa diakui, langkah itu lebih dulu dilakukan oleh Belanda.
Fokus Belanda kala itu, tidak hanya pada laju pertempuran fisik yang turut diperkuat armada dan senjata artilerinya. Di tengah kecamuk perang yang tegang, analisis tetap dilakukan kelompok penjajah ini.
BACA JUGA:Ini Motor Alih Fungsi Lahan Pertanian yang Sulit Dihalau