Diantara kisah yang sempat kami tanyakan adalah mengapa bendungan dan irigasi peninggalan Belanda ini begitu kokoh, kendati ada yang jebol.
BACA JUGA:Menteri Investasi: Pelibatan Masyarakat Penting Dilakukan dalam Proyek Investasi di Daerah
BACA JUGA:Pemerintah Perluas Kewenangan Penetapan Kehalalan Produk
Namun kerusakan biasanya diawali oleh faktor alam berupa tanah longsor.
Saksi mata yaitu Almarhum Kakek Pardi Bin Sajaya, yang pada jaman kolonisasi Tahun 1935, sudah berusia belasan tahun, memaparkan.
Bahwa pengawasan yang dibuat Belanda sangat ketat dalam melaksanakan pembangunan.
Material utama yang dipakai berupa batu, pasir dan semen harus memenuhi standar mereka.
BACA JUGA:Kepala BNPB Dampingi Menhan Serahkan Bantuan Penanganan Bencana Sumbar
BACA JUGA:Wakili Kabupaten BU, Desa Tebing Kaning Terima Kunjung Tim Penilai BKR Provinsi Bengkulu
Adukan pasir dan semen harus benar benar matang, sampai berbuih dan berwarna kehijauan barulah boleh dipakai.
Pasir harus diayak terlebih dahulu sebelum dicampur semen, dan air yang digunakan untuk mengaduk semen juga harus air yang jernih.
Demikian juga dengan material berupa ribuan kubik batu, harus dalam kondisi bersih sebelum disatukan dengan adukan semen.
Sehingga para pekerja diperintahkan untuk menyikat batu sampai bersih, tidak ada lagi lumut, tanah atau lumpur yang menempel.
BACA JUGA:PPDB Tahun 2024, Berlaku Syarat Minimal Usia Masuk Sekolah
BACA JUGA:PPDB Tahun 2024, Berlaku Syarat Minimal Usia Masuk Sekolah
Tak banyak yang sempat kami tanyakan kepada saksi mata yang meninggal pada Tahun 2017 lalu.