Sawahku Menyala, Petani Pun Gembira

Minggu 12 May 2024 - 20:59 WIB
Reporter : Dodi Haryanto
Editor : Ependi

Program LMS digunakan untuk menggerakan mesin pompa air, alat olah lahan, mesin pembuatan kompos, alat panen dan pascapanen.

Sekaligus juga dipakai untuk lampu perangkap hama dan lainnya.

“Dalam hal ini dilarang keras menggunakan kawat listrik untuk jebakan tikus sawah, sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa,” tegas Suwandi mengingatkan.

BACA JUGA:HUT ke-44 Dekranas Siap Majukan Warisan Bangsa Indonesia

BACA JUGA:Tingkatkan Kompetensi, PPSDM Migas Gelar Pelatihan Gratis

Dicontohkan capaian program LMS di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.  Pihak Kementan bersama kelompok tani mengembangkan sumur submersible lebih dari 17.000 unit.

Pengadaan sumur itu ada yang berasal dari swadaya petani maupun bantuan Kementan. Gunanya untuk mengairi lahan kering tadah hujan sehingga bisa bertanam padi tiga kali setahun (IP300).

Tidak hanya di Ngawi, program serupa juga dilakukan di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Lebih dari 23.000 sumur submesible dipakai guna memompa air dari dalam tanah untuk mengairi lahan tadah hujan sehingga indeks pertanaman bisa ditingkatkan hingga IP300 bahkan IP400 lebih dari ribuan hektare sawah.

BACA JUGA:ICA Chef Expo 2024, Promosikan Kuliner Nusantara Mengandung B2SA

BACA JUGA:Sistem Keuangan Indonesia di Tengah Tensi Tinggi Geopolitik

Setiap titik sumur submersible bisa melayani 2--30 hektare sawah dengan biaya dari 8 juta hingga 150 juta rupiah tergantung jenis ukuran pipa dan pompa, kedalaman sumur, dan lainnya. 

Program elektrifikasi pertanian atau listrik masuk sawah tersebut diteruskan ke daerah lain, tidak hanya di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menyalanya pompa air dari aliran listrik kini menjadi berkah buat para petani. (*)

 

Sumber Indonesia.go.id 

Kategori :