Dia mengatakan bahwa kondisi neraca perdagangan Indonesia juga dipengaruhi salah satunya harga komoditas yang volatil, yang tidak hanya disebabkan oleh pelemahan ekonomi global, tetapi juga dipengaruhi oleh disrupsi rantai pasok akibat masalah geopolitik di global.
Sri Mulyani mencontohkan, harga minyak Brent yang sempat mencapai level USD120 per barel pada 2022, saat ini berada pada level USD88 per barel, meski mengalami kenaikan sebesar 14,3 persen secara tahun berjalan (year to date/ytd).
Begitu juga dengan CPO yang sempat menyentuh level hampir USD1.800 per ton pada 2022, mengalami penurunan hingga ke level saat ini USD850,6, meski tumbuh 6,0 persen secara Ytd.
Sri Mulyani menambahkan, batu bara juga mengalami penurunan, dari level di atas USD400 per metrik ton menjadi USD129 per metrik ton. Secara tahun berjalan, harga komoditas ini mengalami penurunan sebesar 11,9 persen.
BACA JUGA:Menko Marves Tekankan Lima Aspek Penting Ini, Demi Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045
BACA JUGA:Kepak Garuda Segera Mengembang di IKN
Harapannya, perkembangan geopolitik yang ada saat ini segera kondusif dan ketidakpastian perekonomian global segera pulih membaik hingga ujungnya ketahanan perekonomian nasional bisa tetap terjaga.
Ke depan, semua pemangku kepentingan di moneter dan fiskal tetap terus memperkuat sinergi kebijakan guna terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. (*)
Sumber Indonesia.go.id