Aila, Mama dan Bunga Matahari

Sabtu 27 Apr 2024 - 17:58 WIB
Reporter : Debi Susanto
Editor : Ependi

Anggita Nismara

binti

Gio Rahardja

Itulah yang tertulis di nisan makam itu. Dengan tubuh bergetar, Aila mengelus lembut nisan bertuliskan nama sang Mama.

Ya. Perempuan itu adalah Aila, dan makam yang ia kunjungi adalah makam sang Mama. Lima tahun lalu, Mama Aila menyelamatkan Aila dari tabrakan.

BACA JUGA:Aksi Serentak Perangi Demam Berdarah Dengan PSN

BACA JUGA:Dirajut Ibu Negara di Bengkulu, Ditargetkan Berkibar di IKN

Beliau mendorong tubuh Aila dan membiarkan dirinya sendiri tertabrak truk yang melaju dengan kencang.

“Assalamualaikum, Mama. Aila datang lagi.” Aila berusaha menghentikan tangisannya.

“Selamat ulang tahun, Ma. Semoga di alam kubur, Mama istirahat dengan tenang, ya. Semoga Allah menerima amal baik Mama dan mengampuni dosa dosa Mama.”

“Ma, Aila kangen banget sama Mama. Dahulu, setiap pagi pasti ada yang marahin Aila karena bangun gak displin. Ada yang nyiapin sarapan buat Aila. Ada yang marahin Aila kalau Aila begadang.” Aila berhenti sejenak.

BACA JUGA:Berulangkali Usulan ke Provinsi, Penanganan Jembatan di Lembah Duri Belum Ada Kabar

BACA JUGA:Pilih Paslon Kada Yang Peduli Dengan Masalah BUMN

“Sekarang, mau Aila bangun telat, makan telat, malas malasan, sampai begadang pun gak ada orang yang marahin Aila.”

“Dulu, Aila selalu berpikir. Kenapa Mama harus menyelamatkan Aila? Kenapa harus Mama yang meninggal? Kenapa bukan Aila saja yang meninggal?”

“Tapi sekarang, Aila paham. Bagaikan di depan Aila ada hamparan bunga dan Aila hanya diperbolehkan mengambil satu bunga, sudah pasti Aila mengambil bunga yang paling cantik. Sepertinya Allah juga begitu. Allah mengambil Mama karena amalan Mama jauh lebih baik daripada Aila.”

Kategori :

Terkait

Minggu 15 Sep 2024 - 19:31 WIB

DI NEGERI PARA PESOLEK

Sabtu 14 Sep 2024 - 21:06 WIB

Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati

Sabtu 24 Aug 2024 - 19:38 WIB

Love or Ghosting