RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Konflik yang terjadi antara Harimau Sumatera dengan manusia, sering kali kita dengar, tak terkecuali di wilayah Provinsi Bengkulu.
Hal itu disebabkan oleh ulah Si Kucing Besar yang menyambangi pemukiman warga, hingga memangsa berbagai ternak, seperti Sapi, Kerbau atau Kambing.
Gesekan demi gesekan antara Harimau Sumatera yang memiliki nama Latin Panthera Tigris Sumatrae dengan manusia, bukan tidak bersebab.
Faktor utama yang menjadi penyebab adalah kerusakan habitat Harimau Sumatera itu sendiri, ditambah dengan berbagai kasus perburuan liar.
BACA JUGA:Urusan Pangan Jadi Atensi Khusus Menteri Pertahanan
BACA JUGA: Rumah Panggung, Warisan Nenek Moyang yang Kini Terancam Hilang
Kerusakan alam yang menyebabkan rusaknya habitat Harimau Sumatera, merupakan buah karya tangan manusia.
Di mana kawasan hutan yang semakin sedikit, menyebabkan Harimau Sumatera sulit berkembang biak dan kesusahan mencari makan.
Kondisi di atas membuat Harimau Sumatera terpaksa harus memasuki kawasan pemukiman, demi mendapatkan makanan berupa hewan ternak.
Hal inilah yang kemudian menimbulkan konflik mereka dengan manusia semakin meningkat.
BACA JUGA:World Water Forum ke-10, Peluang Indonesia Belajar Peran Teknologi Atasi Perubahan Iklim
BACA JUGA:BI Rate Naik, Bank Sentral Antisipasi Dampak Kondisi Global
Konflik demi konflik itu justeru semakin mengancam keberadaan Harimau Sumatera yang jumlahnya terus berkurang dari masa ke masa.
Kelangkaan Kucing Besar ini masuk dalam kategori kritis dan mengkhawatirkan.
Yang mana berdasarkan data dari berbagai sumber, saat ini jumlah Harimau Sumatera berada pada kisaran 400 ekor.